JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis air bersih masih terjadi di wilayah Ibu Kota, tepatnya di Kampung Pojok, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Warga yang menempati kampung apung ini harus mengantre untuk mendapatkan giliran menyalur air dari mobil tangki.
Tak jarang, mereka terpaksa mengirit air untuk keperluan sehari-hari.
Krisis air ini dirasakan salah satu warga bernama Elik (27). Dia mengatakan, untuk mendapat air bersih warga harus merogoh kocek antara Rp 3.000 hingga Rp 20.000.
"Susahnya air bersih, soalnya kan air di sini aja masih jarang ini kan beli. Enggak ada air yang mengalir, kami beli pakai jeriken sama drum," ungkap Elik saat ditemui di Kampung Pojok, Jumat (27/1/2023).
Elik biasa membeli air seharga Rp 20.000 untuk mengisi drum plastik miliknya yang ditaruh di depan rumah. Air itu bisa digunakan hingga tiga hari.
"Itu kan ngirit banget sampai saya bisa enggak mandi tiga hari," tutur Elik diiringi tawa ringan.
Tak hanya Elik, warga lain bernama Fadilah (60) juga merasakan hal yang sama. Dia berujar, air harus digunakan untuk hal-hal esensial saja.
"Karena krisis air jadi jarang mandi, enggak pernah mandi tiap hari apalagi pagi-sore. Tiga hari sekali saya baru mandi," tutur Fadilah.
Adapun air yang dialiri ke rumah warga Kampung Pojok dialiri menggunakan selang. Warga akan menampung air di jeriken maupun drum plastik yang dijejerkan di pinggir maupun depan rumah semipermanen milik mereka.
"Setiap hari ada air, cuma kadang antre, enggak setiap hari bisa dua hari baru diisi soalnya kan di sini banyak warga isi air semua," ucap Elik.
Selain krisis air bersih, rupanya Kampung Pojok juga memiliki masalah lain yakni tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat.
Tumpukan sampah terlihat mengapung di permukaan air, tepat di bawah rumah warga.
Sampah plastik, botol kemasan, kayu-kayu hingga sampah organik terlihat memenuhi permukaan air.
Jika melihat lebih dalam lagi, Kampung Pojok hanya dibangun dengan bambu seadanya.
Bahkan, jalan yang digunakan warga untuk keluar-masuk huniannya terbuat dari bambu-bambu dan triplek yang sudah rapuh.
Kampung ini pun dijuluki sebagai "kampung bau." Salah satu warga bernama Fauzi (20) mengatakan predikat itu melekat lantaran Kampung Pojok dekat dengan tempat pelelangan ikan.
"Limbah dari pelelangan ikan ngalir ke rumah-rumah warga di sini. Jadinya bau, nah akhirnya Kampung Pojok terkenalnya kampung bau begitu," jelas Fauzi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/28/06293751/krisis-air-bersih-di-kampung-apung-muara-baru-warga-bisa-3-hari-enggak