Ia terlihat menundukkan kepala lantaran tak ada kesibukan untuk sekadar menyeduh kopi atau es untuk para pelanggannya.
Mahdi hanya berbagi keluhan dengan pedagang lain. Sebab, dari pagi hingga siang ini, jumlah pembeli masih bisa dihitung jari.
"Alhamdulillah, walaupun satu termos aja belum habis dari tadi pagi. Soalnya sekarang agak susah habis satu termos sampai siang juga," kata Mahdi kepada Kompas.com, Senin.
Pria asal Pamekasan, Madura, Jawa Timur, itu mengaku hanya berjualan di satu titik bukan karena kemauannya.
Namun, para pedagang starling sudah memiliki rute tertentu untuk berjualan, yang telah disepakati dengan para pedagang lain.
Adapun rute jualan Mahdi hanya di sepanjang Jalan Imam Bonjol dan sekitar Gereja Santa Theresia. Karena itu, ia hanya memanfaatkan jam istirahat karyawan perkantoran.
"Rute jualannya ada pembagiannya, ada yang seputaran Taman Menteng. Kalau saya rutenya Imam Bonjol. Itu aja rute saya, sudah banyak starling juga," ujar Mahdi.
"Kalau (Misalnya) saya ke Taman Menteng enggak boleh," tambah dia.
Mahdi mengaku, penghasilan dari bejualan kopi keliling tak menentu, terkadang hanya mendapatkan pendapatan bersih sekitar Rp 100.000 ataupun bahkan cuma Rp 50.000.
Pendapatannya ini berbeda cukup jauh dibandingkan menjelang tahun baru, yang bisa mencapai Rp 300.000.
Meskipun demikian, Mahdi tetap bersyukur masih ada penghasilan yang masuk ke sakunya.
"Kadang Rp 100.000 lebih, kalau sekarang sudah agak sepi, kadang pendapatannya Rp 50.000," ujar dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/30/14131301/cerita-pedagang-kopi-starling-di-tengah-menjamurnya-pesaing-hanya-bisa
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.