Hal itu diketahui ketika ia menyidak tiga pengusaha beras di Blok E dan D di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023).
"Ini salah satunya (penjual) ada banyak kemasan (beras merek premium). Ada (beras Bulog) yang sudah terbuka satu, mau saya beli, berapa? Mau saya cek di lab," kata dia di lokasi, Jumat.
Pria yang akrab disapa Buwas ini mengatakan, praktik tersebut dapat membuat harga beras tetap mahal di pasaran.
Dia mencontohkan, pengusaha penjual beras membeli beras impor milik Bulog seharga Rp 8.300 per kilogram. Ketika mencampurnya dengan beras jenis medium, lalu dikemas ulang dengan merek premium lainnya, beras bisa dijual seharga Rp 12.000 per kilogram.
Hal serupa juga ditemui pada pengusaha penjual beras lainnya. Praktik ini diduga dilakukan pengusaha untuk mencari keuntungan.
Oleh karena itu, Buwas dan jajarannya pun mengambil sampel beras dari lokasi tersebut untuk dibandingkan dengan beras Bulog.
Gelontorkan puluhan ribu ton beras
Perum Bulog menggelontorkan 10.000 ton beras impor asal Thailand sebagai upaya untuk menstabilkan harga beras.
Penggelontoran puluhan ribu ton beras dilakukan ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat, melalui kegiatan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Kita sudah siapkan tahap awal ini ada 10.000 (ton beras impor) kita masukkan ke Food Station sesuai dengan kemampuan daya tampungnya Food Station," terang Buwas.
Untuk kualitas beras ini, Buwas mengatakan bahwa mereka tergolong premium.
Meski demikian, pihaknya hanya menjual untuk operasi pasar dengan Rp 8.300 per kilogram.
Buwas mempersilakan para penjual beras untuk menaikkan harga, tetapi maksimal hanya sampai batas yang ditentukan.
"Dalam ketentuan harganya, maksimal sampai di konsumen itu harus Rp 9.450," tutur dia.
Dia menambahkan, bila ada yang menjual beras Bulog di atas ketentuan tersebut, maka kemungkinannya adalah beras sudah dioplos dan dikemas ulang menggunakan merek lain.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/04/07024201/buwas-temukan-beras-bulog-diduga-dioplos-dan-dikemas-ulang-saat-sidak-di