Salin Artikel

Mengenal Konsep "Kupilah", Pengelolaan Sampah Mandiri yang Bisa Dilakukan Seluruh Anggota Keluarga

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional, Pemerintah Kota Jakarta Pusat mengingatkan pentingnya mengelola dan memilah sampah secara mandiri sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah (TPS).

Hal itu harus dilakukan agar tragedi yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, pada 18 tahun yang lalu tidak terjadi kembali. 

Pada saat itu, TPA Leuwigajah longsor dan menimpa dua kampung hingga hilang. Puluhan jiwa meninggal dunia akibat kejadian itu.

Pemkot Jakpus ingin mencegah hal seperti itu terjadi lagi melalui pemilahan sampah oleh warga.

Mengenal konsep "kupilah"

Masyarakat bisa ambil bagian dengan mulai memilah sampah di rumah. 

"Jadi konsep kita 'kan sekarang kupilah—pilih dan olah. Kalau dulu, kupang—kumpul, angkut, buang. Nah, kalau sekarang harus dikurangi dari sumbernya. Dari rumah tangga," kata Pelaksana Tugas Suku Dinas (PLT Sudin) Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Pusat Edy Mulyanto, Senin (20/2/2023).

Edy juga mengajak agar seluruh anggota keluarga dapat berpartisipasi dalam pemilahan sampah.

"Rumah tangga ada anggota keluarga. Ada ayah, ibu, anak, asisten rumah tangga. Keempat anggota keluarga ini ayo sama-sama memilah sampah di rumah. Minimal itu. Saya salut kalau generasi muda lebih menonjol di situ," kata dia.

Di TPS 3R Ketapang, Gambir, Jakarta Pusat, masyarakat sekitar dapat melihat langsung pengolahan sampah, baik itu organik maupun anorganik.

Proses memilah sampah

Berdasarkan Pergub No. 77 Tahun 2020, terdapat empat jenis pengelolaan sampah, yaitu organik, anorganik, B3 (bahan berbahaya dan beracun), serta residu.

Edy menjelaskan bahwa sampah organik adalah yang mudah diurai dan diolah menjadi kompos.

"55 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik. Kompos dibuat dari sampah organik mentah. Organik yang matang, sisa kuliner atau sampah olahan dapur (SOD), diberikan sebagai pakan larva BSF," jelas dia.

Sementara itu, sampah anorganik dimasukkan ke mesin pencacah dan dipilah sebelum dibawa ke Bank Sampah.

Untuk sampah jenis B3, belum bisa diolah di TPS 3R Ketapang. Namun, ada petugas yang bisa menjemput sampah B3 setiap seminggu sekali untuk dibawa ke Cililitan, Jakarta Timur.

"Termasuk e-waste atau electronic waste. Itu bisa kita layani dengan jemput. Contoh misalkan, di rumah tangga kita banyak sisa barang elektronik. Kayak TV atau sisa-sisa komputer," imbuh Edy.

Sisa buangan elektronik tidak boleh dibuang begitu saja sembarangan karena untuk mencegah adanya radiasi yang berbahaya.

Terkait sampah jenis residu, jenis tersebut adalah sampah yang sama sekali tidak bisa diolah lagi, seperti tisu dan puing bangunan yang rusak.

"Residu inilah yang terakhir dibuang ke TPA Bantar Gerbang," pungkasnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/21/11203621/mengenal-konsep-kupilah-pengelolaan-sampah-mandiri-yang-bisa-dilakukan

Terkini Lainnya

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke