Salin Artikel

"Bullying Bystanders" yang Berpotensi Hilangnya Nyawa Orang

PERNAHKAH Anda berada dalam suatu kejadian kekerasan, misalkan, pemukulan atau kekerasan verbal seperti caci maki yang ditujukan kepada orang lain yang ada di dekat Anda, dan Anda hanya diam atau bahkan memfilmkan kejadian tersebut?

Kekerasan dalam bentuk pemukulan bertubi-tubi dilakukan oleh seorang pria remaja akhir (19 tahun) terhadap seorang remaja pria lain (17 tahun) sampai mengakibatkan korban koma, mengejutkan publik.

Mirisnya, kejadian tersebut difilmkan oleh teman dekat si pelaku dan sang teman sama sekali tidak melakukan tindakan mencegah atau melindungi korban.

Bullying bystanders

Berdiam diri dalam suatu kejadian seperti diceritakan di atas, hanya menjadi pengamat, dapat dikategorikan sebagai pengamat (bystander).

Bystander effect merupakan suatu efek atau dampak dari kehadiran orang lain yang malahan menghambat munculnya perilaku menolong (Latane & Darley, 1968).

Dapat dijelaskan seperti, misalkan, dalam sebuah kerumunan kejadian, ada dua orang atau lebih yang menyaksikan suatu peristiwa, dan mereka yang menyaksikan hanya menjadi pengamat tanpa menawarkan bantuan.

Secara psikologis, bystander yang melihat adanya suatu kejadian, misalkan saja suatu kejadian bullying atau kekerasan, mengurungkan niatnya untuk menolong dengan adanya evaluasi terhadap situasi yang terjadi, evaluasi terhadap konteks sosial, dan juga evaluasi terhadap keadaan dirinya sendiri.

Bystander dapat bersikap hanya sebagai penonton dari suatu kejadian bullying atau kekerasan dikarenakan adanya perasaan takut dirinya akan terlibat dalam kejadian tersebut.

Ada juga penghayatan dari bystander yang tidak menunjukkan perilaku menolong korban dengan adanya keragu-raguan untuk memulai tindakan, mereka melihat siapa dahulu yang akan memulai atau berinisiatif menolong.

Thornberg dkk (2012) menyatakan dari hasil penelitian kualitatifnya bahwa terdapat lima tema yang terkait dengan motif dari sang pengamat (bystander), yakni: 1) adanya interpretasi bahaya dalam situasi intimidasi, 2) reaksi emosional, 3) evaluasi sosial, 4) evaluasi moral, dan 5) efikasi diri intervensi.

Interpretasi mengenai bahaya dalam suatu intimidasi menggambarkan bagaimana seorang bystander menginterpretasi apakah situasi yang terjadi itu berbahaya atau tidak berbahaya.

Dapat saja terjadi di dalam suatu kejadian bullying atau kekerasan, bystander mengamati apakah tindakan kekerasan tersebut masih dianggap ‘wajar’ dan tidak membahayakan atau tidak.

Sedangkan kemampuan menginterpretasi suatu keadaan berbahaya atau tidak berbahaya juga sangat dipengaruhi oleh faktor individual dari bystander tersebut.

Bullying bystander juga dapat tidak terpikir untuk memberikan bantuan kepada korban dengan adanya reaksi emosional yang dirasakannya.

Reaksi emosional termasuk di dalamnya adalah empati yang kurang, ketakutan akan disalahkan, dan mungkin saja ada rasa terbangkitkan dengan menganggap kejadian bullying atau kekerasan tersebut sesuatu yang seru.

Hal lain yang juga menjadi tema dari bystander adalah evaluasi sosial. Banyak pertimbangan sosial yang membuat seorang bystander hanya berdiam diri mengamati saja.

Misal, informasi yang diketahui mengenai korban, bystander dapat berdiam diri juga bila korban bukanlah teman yang terlibat secara emosional.

Hal lainnya adalah bystander dapat saja mengevaluasi tingkat sosial dari korban yang dianggapnya lebih rendah.

Bystander dari kejadian bullying atau kekerasan juga memiliki evaluasi moral yang lebih mengarah kepada sikap yang positif terhadap adanya tindak kekerasan.

Bystander tidak merasa perlu bertanggung jawab dengan keadaan korban atau malahan ikut menyalahkan korban sehingga menganggap korban pantas diperlakukan seperti demikian.

Hal yang juga dapat menghambat bystander dalam menolong korban adalah penilaian diri sendiri dari individu bystander tersebut.

Bila adanya penilaian terhadap diri sendiri sebagai diri yang tidak berdaya, diri yang lemah dan takut, ketidak beranian ini yang menghambat bystander dalam bertindak.

Mobile bystanders

Fenomena di masa kini yang hampir semua orang menggunakan ponsel pintar untuk mengambil foto atau video juga menjadi salah satu fitur dari bystander.

Adanya fenomena pengamat seluler (mobile bystander) yang menggunakan ponsel pintar mereka untuk memfilmkan atau mengambil foto di lokasi kejadian seperti kecelakaan, dan bukannya menawarkan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan.

Fenomena mobile bystander ini dapat menimbulkan banyak komentar. Banyak yang mengatakan tidak bermoralnya orang yang melakukan hal tersebut, berdiam diri dan tidak memberikan bantuan secara langsung kepada orang yang sedang kesusahan.

Banyak motif yang dimiliki oleh mobile bystander. Faklaris dkk (2020) yang melakukan penelitian kualitatif pada mobile bystanders mengungkapkan banyak dari mereka yang tidak sepenuhnya menyadari apakah gambar atau tulisan (captions/text) yang mereka siarkan secara langsung itu masuk pada konteks yang biasa atau tidak.

Dan ada juga mobile bystander yang memang menginginkan popularitas, bahwa siaran mereka itu akan ditanggapi secara meluas dan mendapatkan persetujuan atas penyiaran tersebut dengan ditandai banyaknya tanda “like”.

Meningkatkan kepedulian masyarakat

Bila memahami bahwa fenomena bystander ternyata menumpulkan empati dan moral, tentunya perlu ada pembenahan atas sikap masyarakat khususnya terhadap kejadian bullying atau tindak kekerasan.

Perlu meningkatkan kepedulian masyarakat untuk berani bertindak memberikan pertolongan bila mengetahui atau menyaksikan tindakan bullying atau kekerasan sebelum berakibat fatal terhadap korban dan banyak pihak.

Kepedulian masyarakat dapat dimulai dari lingkup keluarga dan sekolah, dengan memberikan banyak latihan keterampilan membantu orang lain, memahami kesulitan orang lain, dan toleransi atas keterbatasan dan keadaan orang lain.

*Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/15/16000011/-bullying-bystanders-yang-berpotensi-hilangnya-nyawa-orang

Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke