Anto terpaksa mengenakan kostum boneka karena pekerjaannya sebagai sopir angkutan kota (angkot) hilang begitu saja.
“Ya kurang lebih segitu (20 kilometer) setiap hari,” kata Anto saat ditemui Kompas.com di pinggir Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Jumat (17/3/2023).
Anto yang merupakan warga Depok, Jawa Barat menjelaskan bahwa setiap hari dia berangkat bersama putra keduanya dari rumah kontrakan pada pukul 11.00 WIB.
Dari Depok, Anto biasanya menggunakan KRL atau terkadang angkot jurusan Pasar Minggu.
Setibanya di sana, Anto bersama anak itu mulai menyusuri jalan-jalan di Jakarta Selatan.
Kendati demikian, jalan-jalan yang dilewati tidak pernah berpola. Mereka berjalan sesuka hati tanpa arah dan tujuan.
“Nanti pulang jam 20.00 WIB atau 21.00 WIB. Ya balik lagi, naik kereta atau angkot itu ke Depok,” ungkap Anto.
Anto tidak dengan mendatangi orang dan berjoget di depannya lalu meminta uang.
Pasalnya, Anto dan anak keduanya itu hanya mengandalkan belas kasihan dari pengendara atau pejalan kaki yang melintas saat mereka beristirahat di pinggir jalan.
“Iya (mengharapkan belas kasihan). Malu juga kayak begini. Tapi, mau bagaimana lagi?” ucap Anto.
Dia menyadari bahwa pendapatannya setiap hari tak pernah menentu. Jika dewi fortuna berada dipihaknya pada hari itu, Anto akan mendapatkan Rp 100.000.
Ketika keberuntungan tersebut tidak datang, ia akan pulang dengan tangan kosong.
“Ya kalau hujan, enggak pegang duit pulangnya,” ungkap Anto.
Saat berbincang dengan Kompas.com sekitar pukul 16.47 WIB, Anto memperlihatkan uang yang dihasilkan.
Uang receh yang berada di dalam plastik tersebut berjumlah Rp 15.500. Duit itu sudah dipotong Rp 15.000 untuk biaya makan Anto bersama anak keduanya.
“Daripada di rumah. Cari kerja susah. Mau bagaimana lagi? Enggak ada pemasukan. Karena saya juga sudah berkeluarga. Terpaksa kayak begini,” imbuh Anto.
Kata Anto, ia sudah siap menanggung risiko apa pun yang terjadi. Salah satu contohnya adalah saat ini tengah menunggak uang rumah kontrakannya selama 2 bulan.
“Ya kalau ada duit, kita makan, kalau enggak ada, ya enggak makan. Makanya saya jalan terus setiap hari supaya anak (tetap) sekolah,” kata Anto.
“Yang penting anak bisa makan, sudah bahagia,” ucapnya lagi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/18/09481021/anto-rela-jalan-20-kilometer-sehari-demi-hidupi-anak-dan-istri