JAKARTA, KOMPAS.com - Ramadhan membawa berkah tersendiri bagi sejumlah penyedia jasa di tempat pemakaman umum (TPU).
Seorang penjual kembang di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, misalnya, bisa mengantongi uang jutaan rupiah dalam sehari karena banyak peziarah yang datang ke makam dan membeli dagangannya.
Cerita Fitri kantongi Rp 3,5 juta sehari
Fitri (42) awalnya membuka warung kelontong di pinggir Jalan Rorotan IX pada 2010.
Ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2020, bisnisnya pun ikut terdampak.
Fitri semakin khawatir karena lahan seluas 25 hektar di sekitar rumah dan tempat usahanya dijadikan TPU khusus jenazah pasien Covid-19.
Sejak TPU khusus jenazah Covid-19 dibangun di sana, usaha kelontong Fitri pun ikut terdampak.
Bisnisnya sepi pelanggan karena banyak yang ketakutan melihat ambulans silih berganti melintas di depan warung milik Fitri.
"Sampai saya teleponin langganan saya. 'Kenapa enggak ada yang ke sini?', 'Takut, Bu, banyak ambulans'. Kayak begitu. Yang tadinya langganan saya banyak, sampai anjlok," ujar Fitri, Selasa (21/3/2023).
Fitri pun memutar otak agar ia bisa tetap mencari nafkah untuk menghidupi tiga orang anaknya.
Fitri awalnya mencoba berjualan pakaian secara online, tetapi bisnis itu tidak berkembang.
Tak patah arang, Fitri mencari peruntungan dengan berjualan kembang di depan rumahnya untuk para peziarah TPU Rorotan.
Usaha kecil-kecilan ini dia rintis pada Agustus 2021. Uang tabungan Rp 1.000.000 dipakai untuk modal.
"Saat itu, intinya, buat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dulu. Ketimbang harus topang dagu, melihat ambulans lalu-lalang? Mau berharap sama siapa? Ya mending saya coba jual kembang," ungkap Fitri.
Fitri tidak menyangka bahwa ia bisa cepat balik modal. Pendapatan kotor per hari bisa mencapai Rp 500.000 hingga Rp 600.000 pada saat itu.
Menjelang bulan puasa, pendapatannya dalam sehari bisa mencapai jutaan rupiah.
"Kalau hari biasa mah sedikit, paling Rp 200.000. (Jelang puasa) baru ramai lagi. Bisa Rp 2 juta, atau Rp 1,5 juta satu hari," ucap Fitri.
"(Kemarin Minggu) hampir Rp 3,5 juta. Itukan ramai banget, sampai macet di sini," imbuh dia.
Jasa musiman pembaca doa
Berkah ramadhan juga bisa dirasakan sejumlah penyedia jasa pembaca doa di makam.
Satu di antara penyedia jasa pembaca doa bernama Muhidin (43).
Pria asal Banten ini sudah menekuni profesi tersebut selama kurang lebih lima tahun.
Setiap menjelang bulan puasa, Muhidin akan bertolak dari kampung halamannya di Pandeglang, Banten, menuju TPU Karet Bivak di Jakarta Pusat.
Selama bekerja di TPU Karet Bivak, ia tinggal sementara di masjid yang ada di sekitar lokasi.
"Saya sudah dua minggu di sini, nanti pulang kampung pas malam tarawih. Ke sini lagi pas lebaran hari pertama kan ramai lagi tuh yang ziarah," ujar Muhidin, Selasa (21/3/2023).
Di kampung halamannya, Muhidin bekerja sebagai tukang urut.
Muhidin mengaku telah mendapatkan dasar ilmu agama sejak bersekolah di pesantren di kampungnya.??Muhidin mengaku tidak mematok biaya yang harus dibayarkan para pengguna jasanya.
Ia menerima berapapun uang yang diberikan oleh peziarah.
"Berapa saja saya terima, yang penting ikhlas. Ada yang Rp 15 ribu, Rp 20 ribu, ada juga Rp 50 ribu, pokoknya saya terima aja," ujarnya.
(Kompas.com: Baharudin Al Farisi/ TribunJakarta.com: Elga Hikari Putra)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/21/20555151/berkah-ramadhan-bagi-pembaca-doa-dan-penjual-kembang-di-tpu-bisa-kantongi