JEO - News

Teror Jambret
di Ibu Kota

Senin, 9 Juli 2018 | 16:15 WIB

PENGENDARA sepeda motor berjaket merah dari arah belakang memepet ojek online yang sedang ditumpangi Warsilah (37). Sejurus kemudian, si pengendara menyambar tas yang berada di pangkuan perempuan itu.

Pelaku menarik tas Warsilah ketika sepeda motor masing-masing sedang melaju cukup cepat, di Jalan Ahmad Yani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Spontan, Warsilah berupaya mempertahankan tasnya. Namun, upaya itu  membuat tubuh perempuan yang seharusnya bakal segera menikah dengan sang pujaan hatinya itu pun melayang keluar dari bangku sepeda motor.

Warsilah terjatuh. Tubuhnya terbanting di aspal, helm yang ia kenakan terlepas. Pekerja toko mainan itu terguling beberapa meter sebelum akhirnya terbaring diam menelungkup.

Pengemudi ojek online yang membawa Warsilah seketika memutar sepeda motor dan menghampiri tubuh penumpangnya yang sudah tak bergerak.

Sementara itu, pengendara berjaket merah dengan wajah tertutup helm hitam, terus memacu motornya, meninggalkan Warsilah yang tergeletak di ujung trotoar yang tak jauh dari Gedung Gudang Garam.

RANGKAIAN cerita di atas adalah kronologi tragedi pada Minggu (1/7/2018) pagi, yang terekam dalam video dari kamera pengawas (CCTV). Video rekaman itu kemudian beredar luas di media sosial, yang kemudian dengan cepat memicu kemarahan publik.

Respons publik setidaknya terlihat dari komentar warganet yang mengutuk aksi tersebut. Namun, bukannya peduli dengan proses hukum, alih-alih kebanyakan warganet mengharap pemberlakuan “hukum rimba” untuk si pelaku.

Belakangan, pelaku dari penjambretan ini, berinisial SH (27), menyerahkan diri kepada polisi, Minggu (8/7/2018). Dia mengaku takut ditembak.

Penjambretan yang berujung kandasnya rencana pernikahan Warsilah, bukan satu-satunya yang terjadi di Ibu Kota, dalam kurun dua bulan terakhir ini saja.

Dari sejumlah kejadian, ada pelaku yang telah ditangkap aparat dan meringkuk di tahanan. Ada juga pelaku yang bak "menggali kuburnya sendiri" dengan melawan saat hendak ditangkap petugas, hingga timah panas aparat pun mengkhiri perlawanan dan merenggut nyawanya. 

Namun, masih ada bagian lain dari kejahatan ini yang “gelap” alias belum terungkap. Misalnya, apakah rentetan kejahatan tersebut murni tindak kriminal perorangan atau terorganisir? Juga, apakah faktor kesulitan ekonomi jadi motif para pelaku?

Bersama semua paparan tersebut, Kompas.com merangkum pula sejumlah tips untuk meminimalisasi kemungkinan menjadi korban penjambretan, seturut janji kepolisian untuk mengusut tuntas kasus-kasus yang telah terlanjur terjadi.

 

Rentetan Kasus...

DALAM dua bulan di pertengahan 2018 saja, Kompas.com mencatat sejumlah kasus penjambretan terjadi di lingkup kawasan Ibu Kota. 

Kisah pilu yang menewaskan calon pengantin pada Minggu (1/7/2018) di atas, merupakan kasus teranyar dari rentetan kejadian serupa yang dua bulan belakangan marak terjadi di Ibu Kota.

Ilustrasi jambret
THINKSTOCKS/ADRIAN HILMAN
Ilustrasi jambret

Penjambretan, mulai menjadi sorotan setelah Lebaran kemarin. Sebagian besar kasus dapat diungkap aparat. Pelaku ada yang ditangkap, ada juga yang tertembus timah panas karena melawan. Namun, ada pula kasus yang belum terungkap.

Berikut ini sebagian di antara kasus penjambretan yang terjadi di Ibu Kota dalam dua bulan itu. 

Di Sudirman dan Tosari

Pada Senin (18/6/2018) pukul 03.30 WIB, Aminudin, pengemudi ojek online dijambret oleh pengendara Honda CBR misterius, di kawasan Sudirman, Jakarta. Dio, penumpang ojek online mengatakan, kejadian tersebut berlangsung cepat.

"(Seperti) geng motor di daerah putaran Sampoerna Strategic, saya panik enggak sempat lihat pelat nomor motor jambretnya, dia ngebut cepet banget," kata Dio, kepada Kompas.com, Senin siang.

Dio mengatakan, pengemudi Go-Jek yang menjadi korban juga bingung tak berani mengejar pelaku. Ia mengingat, pelaku mengendarai motor Honda CBR dengan helm warna hitam, dan pakaian serba hitam.

Pengalaman yang sama dialami Paulina Heras, yang berkendara di kawasan Tosari, Senin siang. Iya, Senin yang sama.

Heras  sedang memegang ponsel barunya. Tiba-tiba, ponsel itu dijambret seorang pengendara motor.

Menariknya, ciri-ciri pelaku mirip dengan yang disebutkan Aminudin sebagai pelaku penjambretan pada Senin pagi.

"Dia naik motor CBR, pakai helm full warna hitam, sama jaketnya hitam juga," ujar Heras.

Modus yang mirip ini dikonfirmasi kepolisian. Polisi saat itu mengaku telah menerima laporan dari tiga korban. Selain Heras, dua korban lain yang melapor adalah Eka dan Adyatin Aulia.

"Pelaku merebut ponsel ketiga korban saat digunakan di atas motor," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, ketika itu.

Di Penjaringan

Penumpang sepeda motor, ES, mengalami luka ringan akibat terjatuh dari boncengan sepeda motor akibat penjambretan, Selasa (19/6/2018). Dia berusaha mempertahankan ponsel yang dijambret Muhammad Yamin, di Jalan Pluit Raya, Jakarta Utara.

Yamin beraksi dengan rekannya, Usman Tantri Abeng. Mulanya, Yamin dan Usman merencanakan aksi penjambretan di tempat tinggal mereka.

Kedua pelaku kemudian berputar-putar dengan sepeda motor di kawasan Penjaringan untuk menemukan targetnya. Saat berada di Jalan Pluit Raya, kedua pelaku melihat ES yang dibonceng sepeda motor teman perempuannya terlihat sedang memainkan ponsel.

Sejurus kemudian, Yamin yang dibonceng Usman pun menyambar ponsel dari tangan ES. Perempuan ini sempat menarik kembali telepon genggamnya, tetapi terlepas. Dia pun jatuh dalam upayanya itu.

Beruntung, ES tidak mengalami luka parah. Dia bahkan sempat mengingat dan kemudian mencatat nomor polisi sepeda motor yang dikendarai para pelaku. Dari situlah polisi dapat menangkap Yamin dan Usman.

Yamin ditangkap di kawasan Waduk Pluit tak lama setelah kejadian. Polisi kemudian menangkap Usman di rumahnya di kawasan Muara Baru.

Penjambretan Dirjen Bina Konstruksi di Kota Tua

Pada Minggu (24/6/2018), Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarief Burhanudin dijambret saat bersepeda di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

Pelakunya adalah A dan F. Pembawa motor adalah F, sementara A menjadi eksekutor penjambretan. Keduanya membuntuti Syarief hingga Jalan Pintu Besar Selatan.

Sekira pukul 08.00 WIB, mereka memepet Syarief. A yang membonceng sepeda motor menjambret ponsel milik Syarief.

Syarief yang bersepeda sendirian pun melawan. Ia berusaha menarik jaket yang dikenakan A. Nahas, justru Syarief yang terjatuh. Akibatnya, tulang bahunya mengalami cedera serius dan membuatnya harus terbaring di rumah sakit.

Pada Jumat (29/6/2018), polisi menemukan lokasi pelaku dan menyergap A dan F. Karena melawan, F tewas ditembak petugas.

Penangkapan A dan F menguak keberadaan kelompok jambret di Ibu Kota bernama sindikat "Tenda Oranye". Dua penjambret yang menyasar Syarief itu tercatat sebagai anggota sindikat yang bermarkas di Teluk Gong, Jakarta Utara.

Umumnya, anggota yang tergabung dalam sindikat tersebut berstatus residivis. Modus kejahatannya, menjambret korban dengan mengendarai satu unit sepeda motor atau lebih.

Setiap anggota kelompok penjambret disebut beraksi lima kali sehari. Setelah melakukan aksinya di berbagai wilayah di sekitar Jakarta, mereka biasanya berkumpul di markas guna menyerahkan hasil jambretan.

Polisi mengaku telah mengantongi identitas pemimpin sindikat tersebut berinisal N.

"Big bosnya inisial N, residivis juga. Rumahnya banyak betul, makanya kami (masih) cari," kata Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi.

Jambret di Mangga Besar

Polisi kembali menangkap empat dari 9 anggota komplotan penjambret "tenda oranye" berinisial MRT (29), AS (35), DT (32), serta RB, pada Selasa (26/6/2018) malam.

Penangkapan ini berawal dari aksi penjambretan tas seorang wanita berinisial CF (56), yang sedang melintas di Jalan Mangga Besar Raya, Tamansari, Jakarta Barat, pada Selasa sekitar pukul 20.00 WIB. 

Tersangka RB tewas ditembak petugas karena melawan saat ditangkap. Sementara lima kawanan lain anggota kelompok ini, yakni WW, DN, MW, KD dan TT, masih diburu aparat.

 

Dari Motif
sampai Pola Kerja

SH (27), pelaku penjambretan  penumpang ojek online di Cempaka Putih menyerahkan diri ke Mapolsek Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/7/2018).
KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA
SH (27), pelaku penjambretan penumpang ojek online di Cempaka Putih menyerahkan diri ke Mapolsek Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/7/2018).

SAMA halnya dengan begal, penjambretan di mata Kriminolog dari Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar, sama-sama merupakan kejahatan jalanan (street crime).

Purnawirawan perwira menengah Polri itu menyoroti tiga poin mengenai fenomena ini, yaitu locus delicti atau tempat kejadian perkara dan waktu, motif pelaku, serta pola kerja penjambretan.

Locus delicti dan waktu

Pada bagian ini, Bambang menilai, street crime atau kejahatan jalanan kini tak lagi dapat diidentikkan dengan lokasi sepi dan dilakukan pada malam hari.

Street crime atau kejahatan jalanan tak lagi dapat diidentikkan dengan lokasi sepi dan dilakukan pada malam hari.

Dari sejumlah kasus penjambretan di Jakarta, beberapa kasus justru terjadi saat pagi hari dan dalam kondisi yang ramai. Salah satunya kejadian yang menimpa Syarief dan Warsilah. 

"(Dalam beberapa kasus), jalanan merupakan TKP yang menarik bagi para pelaku karena kondisi kesemrawutan justru menguntungkan dalam melakukan tindak pidana," ujar Bambang, ketika dihubungi, Rabu (4/7/2018).

Dia berpendapat, para pelaku penjambretan berpikir kondisi jalan yang ramai justru memudahkan untuk lari dan lepas dari pengejaran. Selain itu, kondisi jalan yang ramai dapat lebih mudah mengecoh korbannya.

"Jadi, waktu sibuk bisa dimanfaatkan pelaku untuk beraksi. Namun, bukan berarti jalanan selalu menjadi locus delicti (yang dipilih)," lanjut dia.

Motif

Bambang mengatakan, sejumlah faktor turut melatari motif pelaku melakukan kejahatan ini. Utamanya, pelaku berkilah butuh mencari uang karena  tak punya pekerjaan.

Kendati demikian, lanjut dia, motif ekonomi tak dapat dijadikan hipotesis satu-satunya yang mendorong seseorang menjadi jambret, termasuk begal. 

"(Ada juga motif lain mulai dari) membuat sensasi, membuat ketegangan, sehingga tidak peduli lingkungan (saat melakukan aksi)," kata Bambang. 

Namun, pergeseran motif itu masih perlu ditelusuri lebih jauh. Saran dia, polisi harus tuntas menyelesaikan kejahatan ini dengan menyelidiki motif dasar pelaku. 

"Jadi, banyak faktor yang melatarbelakangi, jadi enggak bisa (polisi) main tembak saja, hilang sebentar nanti muncul lagi kayak geng motor," ujar dia. 

Pola kerja

Terungkapnya sindikat jambret Tenda Oranye, menurut Bambang menunjukkan bahwa jambret tak selalu beraksi sendiri.  

Kepolisian diminta merilis peta kerawanan jalan kepada masyarakat. Selain pola pengamanan menjadi terarah, masyarakat pun diharapkan dapat lebih waspada.

"Namun, perlu digarisbawahi, ini kejahatan konvensional atau berkelompok. Menurut saya, (ini) bukan organized crime. Berbeda ya," kata dia.

Ia berpendapat, sebenarnya kejahatan konvensional tak semasif kejahatan yang terorganisasi. Namun, bukan berarti fenomena ini tidak menjadi perhatian. 

Kepolisian diminta merilis peta kerawanan jalan kepada masyarakat. Selain pola pengamanan menjadi terarah, masyarakat pun diharapkan dapat lebih waspada. 

"Tingkatkan pengawasan di jalan dengan dilakukan secara koordinatif oleh seluruh unsur polisi. Koordinasi juga dengan pemda (camat, lurah, ketua RT/RW) agar mencatat anak-anak yang nakal (berpotensi berbuat kriminal) di wilayahnya," papar dia.

 

Respons Publik

MARAKNYA aksi penjambretan ini direspons beragam oleh publik, khususnya pengguna kendaraan roda dua. Sejumlah warga mengaku lebih waspada dalam menggunakan ponsel.

Beberapa kasus penjambretan di atas kebanyakan memang menyasar pengendara yang memakai ponsel saat berkendara.

Alasan warga memakai ponsel saat berkendara beragam. Kebanyakan disebut karena tuntutan pekerjaan.

Ria, misalnya. Warga asli Bandung, Jawa Barat, ini terbilang cukup sering menggunakan ponsel ketika naik ojek online. Ria tahu kegiatan yang dia lakukan mengundang bahaya bagi dirinya.

Namun, tuntutan pekerjaan membuat Ria mau tak mau melakukan hal tersebut. Kendati begitu, Ria lebih berhati-hati, misalnya dengan tidak mengeluarkan ponsel pada malam hari.

Ika, karyawan yang berkantor di Menteng, Jakarta Pusat, mengaku kerap diingatkan oleh pengemudi ojek online untuk tidak menggunakan ponsel ketika berkendara.

Bagi Ika, sejumlah berita penjambretan, khususnya saat korban memainkan ponsel di jalanan, membuat dia lebih waspada.

Adapun Firman, pengemudi ojek online menilai, aksi penjambretan bisa dicegah dengan meminimalisasi penggunaan telepon genggam ketika berkendara.

"Sebisa mungkin jangan sering-sering buka HP pas lagi jalan, terutama. Takutnya, kan kita lagi lihat handphone terus disamber, kan bahaya juga buat kita," kata Firman, Selasa (3/7/2018).

Penumpang ojek online, lanjut Firman, juga perlu mengurangi penggunaan telepon genggam selama perjalanan. Sebab, kata dia, penumpang lah yang lebih sering menggunakan telepon genggam ketimbang para driver ojek online.

Namun, Firman mengaku tak kuasa meminta penumpangnya untuk tidak memainkan telepon genggam selama dalam perjalanan.

"Saya enggak enak juga lah kalau ngelarang-larang, namanya penumpang ya kan. Jadi, ya kesadaran masing-masing saja," kata dia.

 

Langkah Kepolisian

A, pelaku penjambretan terhadap Dirjen Bina Konstrukti Kemenpupera memeragakan aksinya di Mapolres Metro Jakarta Barat, Jumat (29/6/2018).
KOMPAS.com/ARDUTI RAMADHAN D
A, pelaku penjambretan terhadap Dirjen Bina Konstrukti Kemenpupera memeragakan aksinya di Mapolres Metro Jakarta Barat, Jumat (29/6/2018).

POLDA Metro Jaya tidak tinggal diam dengan maraknya aksi penjambretan. Terlebih lagi, kejadian ini berkali-kali juga terjadi di daerah penyangga Ibu Kota, yang juga masuk wilayah hukumnya.

Sudah menjadi tugas kepolisian juga untuk mengusut dan mengungkap kejahatan, termasuk menangkap pelaku. Kasus penjambretan bukan perkecualian.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Aziz pun mengaku telah memerintahkan jajarannya aktif  memberantas jambret dan begal. Terlebih lagi, ujar dia, Jakarta akan segera menjadi tuan rumah Asian Games.

"Apalagi menjelang laga Asian Games, operasi harus dilakukan agar para perserta (ajang itu) dapat bertanding dengan aman dan nyaman," ujar Idham, Selasa (3/7/2018).

Bahkan, Idham disebut memerintahkan jajarannya tak segan melumpuhkan penjambret dengan timah panas, apabila pelakunya melawan saat hendak ditangkap.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menambahkan, mulai Selasa (3/7/2018), kepolisian daerah ini menyiagakan 1.000 personel untuk memberantas begal dan jambret.

Sekali lagi, aparat kepolisian punya tugas memastikan keamanan warga, sekaligus mengusut dan menangkap pelaku tindak kejahatan. 

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno pun menyatakan harapan para pelaku tindak kejahatan ini ditindak tegas. 

"Jangan sampai kita lengah. Ini mau masuk Asian Games sehingga nanti tamu-tamu kita (aman). Kita pastikan tidak ada toleransi untuk kegiatan tersebut, harus ditindak tegas," ujar Sandiaga di kawasan Ciracas, Pasar Rebo, Selasa (3/7/2018).

Terlebih lagi, Sandiaga pun ikut merasakan getah dari aksi-aksi kejahatan jalanan ini, meski kasusnya lebih dekat dengan definisi pencopetan.

Beberapa waktu lalu, dia bertutur, pengasuh anak bungsunya kehilangan ponsel saat berjejalan di Pekan Raya Jakarta di JIExpo Kemayoran pada Minggu (17/6/2018).

"Susternya Sulaiman (nama anak bungsu Sandi) tadi malem kejambret di PRJ. Foto-foto saya yang tadi malam di PRJ itu pada hilang semua, karena difoto sama susternya Sulaiman," ujar Sandiaga, Senin (18/6/2018).

Namun, Sandiaga berpendapat, sebenarnya tingkat kriminalitas di Jakarta lebih rendah dari tahun lalu. Geliat ekonomi juga menunjukan arah yang baik.

Namun, di sisi lain, tindak kriminal masih ada. Penjambretan, kata dia, merupakan dampak dari kondisi ekonomi warga yang belum baik. Karenanya, ujar dia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta siap bekerja sama dengan kepolisian untuk mengatasi masalah jambret.

"(Terhadap) petty crime ini harus kita letakkan kewaspadaan kita," kata Sandiaga.

Tips

Mencegah Penjambretan

Ilustrasi kejahatan penjambretan
KOMPAS/HANDINING
Ilustrasi kejahatan penjambretan

KEJAHATAN terjadi kerap kali bukan hanya karena niat pelaku, tetapi juga karena ada kesempatan. Kalimat tersebut sudah sering terdengar, tetapi dalam praktiknya sering diabaikan.

Maraknya kasus penjambretan belakangan ini, semestinya bisa jadi pengingat bahwa perilaku yang memberikan kesempatan untuk pelaku beraksi sebaiknya tidak dilakukan, termasuk saat berkendara atau membonceng sepeda motor

Menjadi korban tindakan kriminal di jalan raya saat tengah berkendara motor bisa terjadi kepada siapa saja. 

Polisi, misalnya, mengimbau masyarakat tetap menjaga diri, waspada, dan tidak memberi kesempatan buat penjahat beraksi. Misalnya, masyarakat diminta tidak memakai ponsel saat dibonceng. 

"(Memakai ponsel saat dibonceng) ini menjadi salah satu incaran penjambret. Melakukan tindakan ini berarti memberi kesempatan pelaku melancarkan aksinya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Senin (2/7/2018).

Kapolsek Metro Penjaringan AKBP Rachmat Sumekar meminta masyarakat untuk tidak mengenakan barang-barang yang mencolok seperti perhiasan saat berkendara. Penumpang yang membawa tas juga mesti berhati-hati.

"Membawa tas jangan diletakkan di belakang punggung. Kalau bisa didekap di antara pendara yang di depan mereka," kata Rachmat.

Adapun penggiat keselamatan dan Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu berbagi sejumlah tips untuk meminimalkan risiko menjadi korban kejahatan di jalanan.

Menurut Jusri, pengendara dan penumpang motor harus menyadari kemungkinan bahaya saat menggunakan sepeda motor dapat terjadi kapan dan di mana saja.

"(Karenanya), pengendara dan penumpang motor harus siapkan strategi untuk tidak menjadi korban kriminal," ucap Jusri saat dihubungi Senin (1/7/2018).

Tidak memberikan kesempatan, sebut dia, adalah strategi pertama. Contoh caranya, tidak menaruh telepon genggam sembarangan seperti di kompartemen motor, apalagi memakainya selama berkendara. 

Menurut Jusri, mengoperasikan ponsel selama dalam perjalanan memakai sepeda motor—bahkan oleh pembonceng—akan memberikan incaran mudah bagi pelaku penjambretan. 

Untuk tas, Jusri menyarankan tidak disandang di pundak dan berada di samping badan selama perjalanan menggunakan sepeda motor, apalagi ditenteng. Menurut dia, tas sebaiknya diletakkan di tengah, di antara pengendara dan pembonceng.

"Lebih baik lagi, masukkan ke dalam jaket atau masukkan ke dalam boks atau bagasi jika memungkinkan. Intinya jangan sampai menarik perhatian pelaku kejahatan," ucap Jusri.

Intinya, waspadalah....