Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Harapan dan Potensi Lewat Komik

Kompas.com - 16/02/2008, 18:12 WIB

AKU telah menyesal dengan apa yang telah diperbuat. Aku telah merugikan orang lain..... Yang lebih aku sesali, aku telah mengecewakan kedua orang tuaku...... Kini aku sadar. Aku tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya....... I love u Ibu...

BEGITULAH  ungkapan penyesalan Hamdan (17), seorang anak penghuni rumah tahanan di Lembaga pemasyarakatan (Lapas) Anak Tangerang. Tidak diungkapkan langsung di hadapan ibunya memang, tetapi hanya di atas kertas.

Ya... ungkapan penyesalan dan tekah hati untuk memperbaiki diri itu ia tuangkan dalam sebuah komik yang terpajang di salah satu sisi Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM) sejak Kamis (14/2) lalu.

Sosok lelaki di komiknya yang sedang duduk sambil menutupi kepala dengan kedua tangannya mempertegas nada penyesalan yang ingin ditekankan Hamdan melalui komiknya tersebut.

Kecintaanya terhadap ibundanya, menjadikan ia sangat sedih karena telah menyakiti orang yang paling disayangi dengan keterlibatannya dalam dunia narkoba di usianya yang terbilang muda.

Yang patut dihargai, dalam komik itu Hamdan tidak semata menyesali diri, tetapi jugha berjanji untuk bangkit lagi. Ia akan memperbarui hidup agar lebih baik. Semuanya demi cinta dan sayangnya pada sang bunda,

Penuh pengharapan

Komik karya Hamdan itu bukan satu-satunya komik hasil karya anak-anak Lapas Anak Tangerang. Ada 76 karya lain serupa, yang mengekspresikan beragam perasaan dan harapan anak-anak Lapas Tangerang yang dituangkan dalam komik.

Selain sebagai ajang menunjukkan kreativitas, pameran komik bertema "harapan" kali ini menampilkan harapan-harapan anak-anak Lapas di waktu yang akang datang saat mereka telah menghirup udara bebas. "Komik ini menjadi ajang curhat berbagai perasaan anak-anak. Melalui kegiatan ini mereka bisa mengidentifikasikan dirinya dan juga orang lain guna melatih kepekaan," kata Rahman Saleh, Koordinator Kegiatan Komik Lapas Anak (Kolaps).

Pria yang lebih akrab disapa Maman ini menuturkan, komik bisa jadi media terapi yang bagus buat anak-anak. Melalui karya seni ini, anak-anak bisa mengekspresikan perasaan dan juga berbagai harapan mereka yang mungkin selama ini belum bisa terungkapkan. Selain itu, sebagai pembina, ia dan teman-temannya bisa memetakan keinginan anak-anak binaan mereka sehingga membantu dalam proses pendampingan selanjutnya.

Selain itu, pameran komik yang telah digelar sejak 14 Februari lalu dan berlangsung selama tiga hari ini ingin mengungkapkan kepada masyarakat bahwa anak-anak Lapas punya potensi yang bagus untuk dikembangkan. Setidaknya, potensi dan nilai lebih yang mereka punya dapat menghilangkan stigma masyarakat yang buruk terhadap mereka.

"Mereka punya potensi, tidak kalah dengan masyarakat. Selain itu pameran ini diharapkan menghilangkan stigma masyarakat yang buruk. Stigma-stigma itu sangat mempengaruhi mereka sebelum meninggalkan Lapas," kata F Haru Tamtono, Kepala Lapas Anak Tangerang.

Puluhan komik yang terpajang sebagian besar mengandung harapan dari anak-anak lapas agar bisa keluar dari lapas dan bisa diterima oleh masyarakat sekitar serta menggapai impian mereka melalui 'cara hidup yang baru'.

Omen, misalnya, dalam komiknya menggambarkan dengan jelas keinginannya untuk bisa foto bersama ibunya yang "sudah naik haji". Ia ingin sukses dalam pendidikannya, mempunyai pekerjaan sendiri, dan mengumpulkan uang agar ibunya bisa pergi naik haji.

Deni Susanto, anak Lapas lainnya, ingin berkumpul bersama anggota keluarganya di Palembang. Syukurlah, bahwa mereka tidak sendirian.

Harapan yang 'membakar' motivasi diri mereka tersebut akan didukung dengan niat baik dan kemauan besar para pembinanya yang mendampingi mereka secara maksimal dengan pendekatan yang intensif agar saat keluar, mereka sungguh-sungguh menjadi manusia sebagai mana terungkap dalam 'komik harapan' mereka tersebut. Saat mereka telah siap memulai hidup baru yang lebih baik, masyarakat pun diharapkan turut mendukung.

"Stigma itu harus dihilangkan. Terlalu dini untuk menilai mereka karena masih anak-anak," kata Herman Mustamin, Koordinator Pusat Pelibatan Masyarakat (PPM), yang turut mendampingi anak-anak Lapas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com