Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inu Kencana, Hampir Di-Munir-kan

Kompas.com - 19/07/2008, 09:18 WIB

INU Kencana bikin sensasi. Selama perjalanan hidupnya hingga sekarang, mantan dosen Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) ini kerap kali mendapat ancaman mau dihabisi, atau dibunuh. Apalagi, setelah berbagai macam kasus korupsi dan kejahatan kemanusiaan yang makin lantang diungkapnya. Membuat dirinya makin sering mendapat ancaman ingin dibunuh. Terakhir, pola pembunuhan yang direncanakan kepadanya, sama seperti menghabisi nyawa aktivis HAM, almarhum Munir.

"Saya hampir saja di-Munir-kan. Untung yang mau membunuh, punya perasaan nggak tega mau menghabisi saya. Yang mau membunuh saya itu kemudian bilang ke saya dan minta maaf kalau mendapat perintah menghabisi nyawa saya," cerita Inu Kencana dalam percakapan khusus dengan Persda Network, Jumat (18/7) kemarin.

Begitu mendapat pengakuan itu, Inu kemudian melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian hingga kini, ia masih bisa menjalani hidup dan berkeinginan untuk menjadi calon wakil rakyat."Saya tahu siapa yang mau membunuh saya. Yang jelas, sikap saya yang lantang membuka segala macam kasus korupsi dan kebobrokan di IPDN, membuat nyawa saya kerap terancam. Kalau masalah ancaman melalui SMS sudah sering saya dapat," Inu mengakui.

Dikonfirmasi, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira mengaku belum pernah mendengar ataupun mendapat laporan tentang rencana pembunuhan terhadap dosen IPDN Inu Kencana ini. Namun demikian ia belum bisa memastikan pengakuan Inu Kencana tersebut. Sebab ada kemungkinan itu laporan dibuat di Polda Jawa Barat dan diselesaikan di wilayah, sehingga tidak membuat perlu membuat laporan ke Mabes Polri.

"Sejauh ini kami belum dengar adanya laporan Inu Kencana yang mau dibunuh. Dari media massa biasanya juga ramai diberitakan itu. Apalagi menyangkut rencana pembunuhan Inu Kencana. Tapi ya nggak tau kalau lapornya ke Polres atau ke Polda. Kita cek dulu nanti kebenarannya, " ujarnya saat dihubungi

Inu kemudian melanjutkan ceritanya lagi. Perencanaan untuk membunuh dirinya pun diketahui. Kata Inu, beberapa waktu lalu, keinginan menghabisi nyawanya seperti pola membunuh Munir, diketahuinya pada saat rapat di Depdagri yang akhirnya memutuskan ia dipindahkan ke eselon III, ada yang meminta dirinya untuk dihabisi. Rapat itu dilakukan sebelum ada surat kepadanya yang diminta untuk tidak lagi menjadi Dosen IPDN.

"Yang menginginkan saya di Munirkan adalah oknum Depdagri, bukan institusinya. Kalau tidak salah, dia bilang begini, ya sudah si Inu dihabisi saja," ceritanya sambil mengingat-ingat. Kemudian, lanjut Inu lagi, ada pesan singkat yang berbunyi; pak Inu saya diperintahkan untuk menghabisi bapak, tapi saya tidak mau. "Untung saja dia baik sama saya. Setelah SMS itu saya dapat, langsung saya lacak dan akhirnya diketahui. Makanya, kalau kemana-mana saya suka dikawal oleh intel. Kadang pula tidak, kalau saya merasa aman dalam perjalanan," ungkapnya. Strategi ingin disingirkan sebagai Dosen IPDN, Inu mengakui, memang mudah ditebak. Bila saat itu ia mau menerima mutasi sebagai pejabat eselon III di Depdagri, mungkin ia sudah pensiun sekarang.

Batas usia sebagai pejabat eselon III adalah 55 tahun sementara Inu mengaku sekarang sudah berumur 56 tahun."Berarti, kalau waktu itu saya menerima dimutasi, tidak lagi menjadi dosen, saya sudah pensiun sekarang. Tapi saya tidak mau dan memilih mengundurkan diri saja. Saya menolak cara-cara seperti itu karena saya punya keinginan memberantas segala macam korupsi, kolusi dan nepotisme. Dan sebagai anak bangsa, saya juga merasa pantas untuk mencalonkan diri sebagai Presiden," cetus Inu Kencana.

"Meski saya sudah tidak lagi di IPDN, segala kebobrokannya akan tetap saya ungkap. Saya bisa melakukan itu demi sekolah, tempat saya lama menjadi dosen di sana menjadi lebih baik. Saya tidak takut dibunuh karena Allah SWT senantiasa menjaga saya lahir dan batin. Saya banyak dinasehati oleh teman-teman untuk berhati-hati, tidak sembarangan kalau makan sesuatu. Mudah-mudahan saya tidak sampai bernasib seperti almarhum Munir," sambungnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com