INU Kencana bikin sensasi. Selama perjalanan hidupnya hingga sekarang, mantan dosen Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) ini kerap kali mendapat ancaman mau dihabisi, atau dibunuh. Apalagi, setelah berbagai macam kasus korupsi dan kejahatan kemanusiaan yang makin lantang diungkapnya. Membuat dirinya makin sering mendapat ancaman ingin dibunuh. Terakhir, pola pembunuhan yang direncanakan kepadanya, sama seperti menghabisi nyawa aktivis HAM, almarhum Munir.
"Saya hampir saja di-Munir-kan. Untung yang mau membunuh, punya perasaan nggak tega mau menghabisi saya. Yang mau membunuh saya itu kemudian bilang ke saya dan minta maaf kalau mendapat perintah menghabisi nyawa saya," cerita Inu Kencana dalam percakapan khusus dengan Persda Network, Jumat (18/7) kemarin.
Begitu mendapat pengakuan itu, Inu kemudian melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian hingga kini, ia masih bisa menjalani hidup dan berkeinginan untuk menjadi calon wakil rakyat."Saya tahu siapa yang mau membunuh saya. Yang jelas, sikap saya yang lantang membuka segala macam kasus korupsi dan kebobrokan di IPDN, membuat nyawa saya kerap terancam. Kalau masalah ancaman melalui SMS sudah sering saya dapat," Inu mengakui.
Dikonfirmasi, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira mengaku belum pernah mendengar ataupun mendapat laporan tentang rencana pembunuhan terhadap dosen IPDN Inu Kencana ini. Namun demikian ia belum bisa memastikan pengakuan Inu Kencana tersebut. Sebab ada kemungkinan itu laporan dibuat di Polda Jawa Barat dan diselesaikan di wilayah, sehingga tidak membuat perlu membuat laporan ke Mabes Polri.
"Sejauh ini kami belum dengar adanya laporan Inu Kencana yang mau dibunuh. Dari media massa biasanya juga ramai diberitakan itu. Apalagi menyangkut rencana pembunuhan Inu Kencana. Tapi ya nggak tau kalau lapornya ke Polres atau ke Polda. Kita cek dulu nanti kebenarannya, " ujarnya saat dihubungi
Inu kemudian melanjutkan ceritanya lagi. Perencanaan untuk membunuh dirinya pun diketahui. Kata Inu, beberapa waktu lalu, keinginan menghabisi nyawanya seperti pola membunuh Munir, diketahuinya pada saat rapat di Depdagri yang akhirnya memutuskan ia dipindahkan ke eselon III, ada yang meminta dirinya untuk dihabisi. Rapat itu dilakukan sebelum ada surat kepadanya yang diminta untuk tidak lagi menjadi Dosen IPDN.
"Yang menginginkan saya di Munirkan adalah oknum Depdagri, bukan institusinya. Kalau tidak salah, dia bilang begini, ya sudah si Inu dihabisi saja," ceritanya sambil mengingat-ingat. Kemudian, lanjut Inu lagi, ada pesan singkat yang berbunyi; pak Inu saya diperintahkan untuk menghabisi bapak, tapi saya tidak mau. "Untung saja dia baik sama saya. Setelah SMS itu saya dapat, langsung saya lacak dan akhirnya diketahui. Makanya, kalau kemana-mana saya suka dikawal oleh intel. Kadang pula tidak, kalau saya merasa aman dalam perjalanan," ungkapnya. Strategi ingin disingirkan sebagai Dosen IPDN, Inu mengakui, memang mudah ditebak. Bila saat itu ia mau menerima mutasi sebagai pejabat eselon III di Depdagri, mungkin ia sudah pensiun sekarang.
Batas usia sebagai pejabat eselon III adalah 55 tahun sementara Inu mengaku sekarang sudah berumur 56 tahun."Berarti, kalau waktu itu saya menerima dimutasi, tidak lagi menjadi dosen, saya sudah pensiun sekarang. Tapi saya tidak mau dan memilih mengundurkan diri saja. Saya menolak cara-cara seperti itu karena saya punya keinginan memberantas segala macam korupsi, kolusi dan nepotisme. Dan sebagai anak bangsa, saya juga merasa pantas untuk mencalonkan diri sebagai Presiden," cetus Inu Kencana.
"Meski saya sudah tidak lagi di IPDN, segala kebobrokannya akan tetap saya ungkap. Saya bisa melakukan itu demi sekolah, tempat saya lama menjadi dosen di sana menjadi lebih baik. Saya tidak takut dibunuh karena Allah SWT senantiasa menjaga saya lahir dan batin. Saya banyak dinasehati oleh teman-teman untuk berhati-hati, tidak sembarangan kalau makan sesuatu. Mudah-mudahan saya tidak sampai bernasib seperti almarhum Munir," sambungnya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.