Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atun Buka Klinik Aborsi untuk Cukupi Kebutuhan Keluarga

Kompas.com - 26/02/2009, 17:29 WIB

BANYAK jalan menuju Roma. Itulah paham yang dipilih Atun, ibu empat anak, untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dia memilih jalan pintas dengan membuka klinik di sebuah rumah sewaan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

Sayangnya, klinik yang dibuka bukanlah sembarang klinik. Klinik Atun justru beroperasi ketika orang-orang sedang atau masih tertidur. Ya, wanita itu membuka klinik aborsi yang biasa melakukan "operasi" pukul 05.00-09.00.

"Buka klinik ya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Penghasilan suami tidak cukup sejak dia di-PHK," ujar Atun kepada wartawan yang menemuinya di kantor Kepolisian Sektor Metro Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (26/2).

Kepada polisi, dia juga mengaku omzet kliniknya tidak besar, Rp 5 juta per bulan. Akan tetapi, itu sulit dipercaya. Lihat saja di tangan dan kaki Atun yang berhiaskan emas. Dari cincin, gelang tangan sampai gelang kaki! Ukurannya juga tidak kecil-kecil amat. Lihat juga pakaian yang dikenakannya!

Di klinik itu, Atun tak hanya sebagai pemilik, tetapi juga membantu dokter yang dipekerjakannya untuk mengaborsi janin. Dengan demikian, ia tak perlu mengeluarkan biaya untuk suster yang katanya gajinya mahal!

Hampir setahun dia membuka klinik itu. Rumah tempat berpraktik dia sewa Rp 30 juta per tahun. Peralatan yang dipakai merupakan modal dari seorang dokter yang sudah tidak berpraktik di situ, yakni dr Abdullah.

Klinik itu juga masih menggunakan izin praktik dr Abdullah, tetapi dokter itu sudah lama tak berpraktik di tempat itu, dan izinnya digunakan oleh Atun.

"Kan sudah ada izin. Resmi kok. Itu ada di situ," kilahnya sambil menunjuk ke arah dua pigura yang berisi fotokopian izin praktik Abdullah. Posisi Abdullah sekarang digantikan oleh Agung, dokter yang biasa berpraktik di salah satu rumah sakit di Bekasi. Atun berkenalan dengan dokter-dokter ini dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Benarkah klinik itu merupakan tempat aborsi? Tentu saja Atun membantah. Dia beralasan hanya menerima pasien yang telah mengalami pendarahan karena menggugurkan kandungannya. "Enggak! Enggak ada. Saya tidak akan terima aborsi, kalau tidak ada pendarahan," katanya. 

Praktik ini pun berlangsung rapi. Dia tahu kapan polisi sedang sibuk dan kecil kemungkinan melakukan penggerebekan. Akan tetapi, ibarat pepatah sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Praktik tak aborsi itu tercium warga yang kemudian melaporkannya kepada polisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com