Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengurai Masalah di Kawasan Kota Tua

Kompas.com - 03/03/2009, 10:37 WIB

Beberapa waktu lalu Warta Kota pernah menyoroti susahnya pejalan kaki menyeberang di kawasan sekitar Stasiun Beos. Terowongan Pejalan Kaki (TPO) hanya berguna bagi orang yang akan menuju ke dan dari arah Stasiun Beos-Halte Bus TransJakarta-Museum Bank Mandiri. Tapi bagi orang dari arah, katakan, Jalan Lada; Jalan Bank; dan Asemka ke TPO untuk menuju ke Stasiun Beos atau Halte Bus TransJakarta bukan hal mudah—demikian juga sebaliknya. Selain masalah lalu-lalang orang, kawasan seputaran Stasiun Beos juga lebih sering dikurung kendaraan.

Keluar dari Stasiun Beos, baik dari pintu utara maupun selatan, dan Halte Bus TransJakarta, pemandangan yang terlihat adalah sekumpulan angkot dan bajaj yang ngetem, ditambah ojek motor yang berjejer memenuhi jalan. Belum lagi pedagang kaki lima. Habis sudah hak pejalan kaki. Pemandangan lain, kemacetan yang memanjang dari arah Jalan Lada hingga Jalan Pintu Besar Selatan arah Harmoni. Demikian juga sebaliknya. Gambaran mudahnya, berantakan.

Pedestrian yang ingin menikmati berjalan kaki dari Stasiun Beos menuju Glodok harus berjalan di tepi jalan utama karena koridor bangunan di Jalan Pintu Besar Selatan tak bisa dilalui orang. Semua masalah ini belum ditambah parkir on street di jalan-jalan yang masuk kawasan Kota Tua.

Berangkat dari sini, Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan ngebut bertemu warga, menjemput bola. Pertemuan yang dulu sudah pernah dilakukan oleh Camat Tamansari, kini dilanjutkan dengan undangan langsung dari wali kota. Pertemuan itu bertujuan untuk mendengarkan aspirasi warga sekaligus memaparkan rencana Wali Kota Jakarta Barat atas wilayahnya.

“Kita mau tahu, ada masalah apa, dan kita juga mau stakeholder bantu, jangan hanya nunggu dari pemerintah supaya semua merasa memiliki. Kita juga paparkan, ini lho yang mau kita lakukan,” begitu selalu Djoko menandaskan.

Sementara itu, Kepala Suku Dinas (Kasudin) Tata Kota Jakarta Barat M Fauzal menyatakan, pihaknya sudah memiliki rencana yang didasarkan pada pengenalan masalah di kawasan Kota Tua. Kemacetan di seputaran Stasiun Beos, parkir on street, gedung-gedung milik BUMN yang kosong dan hancur menjadi masalah yang disoroti pihaknya.

“Pengaturan jalan, itu sudah mendesak supaya kemacetan di sekitar Stasiun Beos terurai. Parkir on street juga harus dihapus secara bertahap. Termasuk membenahi arcade (koridor) bangunan di (Jalan) Pintu Besar Selatan,” paparnya.

Dari Beos, lanjut Fauzal, masuk ke kawasan inti di seputaran Taman Fatahillah di mana kawasan ini juga harus bebas kendaraan dan parkir. “Taman Fatahillah akan segera kita pagari supaya enggak tambah rusak,” imbuhnya. Pagar Taman Fatahillah sudah sangat mendesak. Taman senilai miliaran rupiah itu kini sudah babak bundas alias babak belur. *

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com