Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pinta Menaklukkan Leukimia (1)

Kompas.com - 01/05/2009, 18:29 WIB

Kebetulan, kami dapat kamar tepat di samping AMC, sama dengan Bu Ira. Rumah singgahnya bernama Ronald Mc Donald Huis, milik perusahaan makanan Fast Food Mc Donald.

Oktober 2000, aku dan Andrew bertolak ke Belanda. Di sana, pasien kanker ternyata tidak langsung ditangani RS. Mereka lebih dulu menyiapkan mental orangtua pasien. Untung, sejak masih di Indonesia, aku sudah siap secara mental. Termasuk soal lama pengobatan yang bakal dijalani Andrew. Dengan begitu, Andrew tak perlu menunggu lama agar bisa menjalani pengobatan di AMC. Dari pengalaman inilah aku mengerti, betapa orangtua harus bisa menjadi cermin bagi anak. Bagaimana anak bisa dapat energi positif jika orangtuanya down?

Satu hal lain yang aku syukuri selama menjalani pengobatan, di AMC ada ruangan khusus belajar bagi pasien usia sekolah. Wah, Andrew senang sekali. Di ruangan itu disediakan beragam buku pelajaran dan berbagai macam mainan. Semua pasien anak, dengan penyakit apa pun, boleh berada di ruangan itu. Bahkan yang lebih parah dari Andrew pun bisa bersenang-senang dan belajar di ruangan ini. Semuanya harus tetap sekolah. Hebatnya lagi, Andrew tak pernah tinggal kelas. Dia tetap belajar, meski lewat e-mail. Kalau dia tertinggal pelajaran, teman-temannya siap membantu.

Akhirnya, pengobatan selama 3,5 bulan itu selesai dan dilanjutkan di RS Carolus, Jakarta. Setahun menjalani berbagai terapi, Andrew dinyatakan sembuh. Ah, betapa lega hati kami sebagai orangtua. Andrew kembali ceria seperti sediakala. Syukur yang tiada habisnya selalu kami ucapkan kepada Tuhan.

Muncul Lagi
Sayang, ternyata kebahagiaan itu menaungi kami hanya tiga tahun. Setelah itu, Andrew kembali jatuh sakit seperti awal terdiagnosa leukemia. Tubuhnya kembali mengurus dan lemah. Aku berupaya sekuat tenaga untuk tegar. Dengan cepat kami bawa Andrew untuk kembali menjalani serangkaian tes. Hasilnya, sel kanker kembali hidup di jaringan sel darahnya.

Kami berusaha tenang dan kembali membawa Andrew ke AMC. Setelah pengobatan 7 bulan, AMC menyatakan sel kanker telah berhasil diblok. Andrew dinyatakan sembuh dan kami boleh kembali ke Indonesia. Meski begitu, tahap demi tahap pengobatan terus dilakukan dari Indonesia, untuk meyakinkan sel kanker benar-benar lenyap dari tubuh Andrew. Tahun 2005, Andrew dinyatakan terbebas dari sel kanker sehingga tak perlu lagi menjalani berbagai pengobatan.

Tapi apa yang terjadi? Baru setahun off dari berbagai macam pengobatan, sel kanker muncul lagi tahun 2006. Lagi-lagi aku membawa Andrew ke AMC. Ternyata di tahun itu pula Ibu Ira kembali ke Belanda untuk mengobati anaknya. Bertemu teman senasib, kami berdua seakan mendapat kekuatan lebih menghadapi kondisi ini. Kami saling menguatkan dan berbagi selama di sana.

Jangan dipikir kebersamaan kami di sana hanya penuh kesedihan atau melulu dilingkupi stres. Ada saatnya kami bersama-sama melakukan sesuatu yang membahagiakan, seperti jalan-jalan, karena hati kami yang senang dan gembira, secara tidak langsung menjadi obat bagi anak-anak kami.

Dari hasil obrolan dengan Ibu Ira selama di rumah singgah di Belanda itu, tercetuslah ide untuk melakukan sesuatu bagi saudara-saudara di Indonesia yang bernasib sama dengan anak kami. Dibantu Hj. Aniza M. Santosa, kami bertiga melahirkan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), 1 November 2006. YKAKI juga menyediakan sebuah Rumah Singgah di dekat RSCM dan membuat sekolah di rumah sakit bagi pasien usia sekolah.

Ujian Tak Kunjung Usai
Aku benar-benar kagum pada putraku. Sambil menjalani pengobatan, semangat belajar Andrew tak pernah surut. Ia yang lulus SMA pada Desember 2006, diterima kuliah di Universitas The Hague, Den Haag. Andrew memilih jurusan Komunikasi Internasional.

Menunggu masuk kuliah, Andrew terus menjalani beberapa tahap pengobatan. Mei 2007, setelah beberapa kali kemoterapi, tubuh Andrew sudah tidak memungkinkan lagi untuk menjalani kemoterapi. Dokter memutuskan melakukan transplantasi sel induk darah. Nah, yang terbaik adalah sel induk darah dari anggota keluarga terdekat. Di antara kami, yang paling cocok milik Andri, adik Andrew. Kami pun memboyong Andri ke Belanda, menjalani pengambilan sel induk darah untuk Andrew.

Transplantasi berjalan sukses, kondisi Andrew pun terus membaik. Bahkan dokter membolehkan Andrew memulai kuliahnya, September 2007. Hanya saja ia tetap harus rutin periksa ke RS. Kami sangat gembira. Apalagi Andrew yang sudah tak sabar segera memulai kuliahnya. Dengan hati berbunga-bunga, berbagai kebutuhan kuliah dari buku sampai apartemen, kami siapkan. Sambil terus berharap kali ini sel kanker di tubuh Andrew menghilang.

Merasa Andrew sudah besar dan mampu mengurus dirinya sendiri, aku tak lagi mendampinginya di Belanda. Paling kalau kangen, telepon atau SMS. Tapi di tengah kegembiraan itu, menyeruak kabar pilu. Februari 2008, sel darah Andrew kembali terserang kanker dan perlu dirawat lagi. Sungguh, ujian yang sangat berat bagiku. Terlebih, ketika itu, suamiku pun sedang dirawat di RS akibat sakit otot sehingga tidak bisa berdiri tegak. Tuhan, ternyata ini semua belum usai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com