Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS Omni: Semua Dokter "Kasus Jared-Jayden" Diperiksa

Kompas.com - 15/06/2009, 13:23 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com — Pihak RS Omni International, Alam Sutera, Tangerang, melalui Direktur Utamanya, Bina Ratna, mengatakan bahwa semua dokter yang terkait dengan proses kelahiran bayi kembar Jared Christophel dan Jayden Christophel sedang diperiksa oleh Komite Medis.

"Secara internal, kami sudah ada pertemuan dan sidang Komite Medis, untuk menindaklanjuti kasus Jared dan Jayden. Seperti apa yang terjadi, kita tunggu hasilnya," kata Bina saat menggelar konferensi pers di RS Omni International, Senin (15/6) siang.

Pernyataan Bina ini disampaikan menyusul adanya pengaduan dari orangtua Jared dan Jayden, Kiki Kurniawan dan Juliana Dharmadi, kepada pihak kepolisian atas dugaan tindakan malapraktik yang menyebabkan kedua bayi malang itu mengalami kerusakan pada bagian mata. Bahkan salah satu di antaranya harus menjadi buta.

Pada kesempatan yang sama, Ronald Situmorang, pejabat legal RS Omni, merasa perlu menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa tugas dokter sebagai tenaga profesional berbeda dengan rumah sakit sebagai penyedia fasilitas dan layanan kesehatan. Ia memberi analogi, "Kalau membunuh tikus di dalam lumbung padi, tidak harus membakar lumbungnya, tetapi tikusnya yang dimatikan," katanya.

Artinya, dokter yang terkait harus diberi tindakan? Mendengar pertanyaan itu Ronald tak langsung menjawab dan kemudian berdalih, "Jangan seperti itu beranaloginya. Tapi kita serahkan kepada proses hukum dalam lingkup kedokteran."

Sementara itu, saat ditanya mengenai jumlah dokter yang terkait dengan kasus ini, Bina menolak untuk menjawab. Ia hanya mengatakan, kelahiran bayi kembar prematur itu terkait dengan sejumlah dokter di dalam sebuah tim. Namun, ia menolak menyebutkan jumlah dokter dalam tim yang dimaksudkannya.

Kemudian, mengenai gangguan penglihatan pada bayi prematur, Bina mengatakan, bayi prematur jelas tidak sempurna. "Karena ketidakmatangan organ tubuhnya. Seperti pendarahan otak, paru-paru yang belum berkembang, penyakit jantung bawaan, dan termasuk risiko gangguan pada penglihatan yang belum berkembang," katanya.

Nasib kedua bayi ini bagaimana? Menurut Bina, potensi itu sudah ada pada kedua bayi kembar tersebut, mengingat proses kelahiran mereka yang lebih cepat dari waktunya. Dengan demikian, potensi-potensi kerusakan yang disebutkannya itu pun otomatis ada. "Karena risiko itu sudah ada, secara medis kami sudah melakukan maksimal. Sebab hal itu pun bisa dipengaruhi pula oleh kesehatan dari bayi yang bersangkutan," kata Bina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com