Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filosofi Rumah Adat Toraja

Kompas.com - 25/06/2009, 16:08 WIB

Membutuhkan Dana Besar
Menurut Andre, membagi struktur Tongkonan itu mudah (maksudnya: merencanakan kolom). Prosesnya tinggal memasang ujungnya. Beri satu kolom di tengahnya lalu dibagi. Pembangunan satu Tongkonan bisa menghabiskan dana sekitar Rp 2-3 milyar.

"Kalau material alangnya saja murah, sekitar Rp 50-60 juta," katanya lagi, sambil menunjuk sebuah rumah panggung yang mirip Tongkonan namun lebih kecil. Fungsi bangunan itu untuk menyimpan hasil panen padi dari sawah keluarga.

Bangsawan Toraja yang memiliki Tongkonan umumnya berbeda dengan Tongkonan dari orang biasanya. Perbedaannya ada di bagian dinding, jendela, dan kolom. Permukaan kayu ketiga elemen tersebut diukir halus dan detail. Motifnya ada yang bergambar ayam, babi, dan kerbau. Selain itu diselang-seling dengan sulur-sulur mirip batang tanaman.

Pada kolom utamanya juga berfungsi sebagai tempat menggantungkan tengkorak kerbau, sebagai tanda keberhasilari mengadakan upacara. Bagi orang Toraja, kerbau selain sebagai hewan temak mereka juga menjadi lambang kemakmuran dan status. Oleh sebab itu, penyembelihan kerbau selalu menjadi acara yang ditunggu dalam sebuah pesta.

Pemakaman Sebagai Hajatan Besar
Hari itu, sekitar akhir bulan Desember 2008, di sebuah Tongkonan di Desa Tondon, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan tampak lalu lalang orang sibuk membawa bahan makanan, alat pertanian, alat memasak, kain, kerbau, babi, bambu, dan kayu. Di depan Tongkonan itu terdapat jalanan yang merupakan jalan penghubung antara kota Rantempao dengan kota Palopo, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Temyata hari itu terdapat upacara pemakaman atau mereka sering menyebut "seorng ada pesta". Seluruh warga desa terlibat dalam upacara ini termasuk seluruh keturunan yang dipestakan dari segenap penjuru. Mereka berkumpul bersama wisatawan yang ingin menyaksikan riuhnya acara tersebut.

Sudah setahun jenazah Belu Salurante, seorang bangsawan Toraja, menjadi penghuni Banua Barung-barung (bagian dari rumah orang Toraja). Tepat setahun setelah meninggal, seluruh keluarga besar dari Salurante
akan memestakan moyangnya ini dengan melaksanakan prosesi pesta pemakaman atau Rambu Solok.

Menurut orang Toraja, orang yang sudah meninggal dianggap masih sakit. Oleh karena itu jenazahnya disimpan di dalam ruang tengah rumah mereka. Jenazah itu masih dianggap sebagai bagian kelaurga yang masih
hidup. Ketika saat makan pun, ada bagian tersendiri untuk yang sudah meninggal ini.

Sebelum prosesi Rambu Solok dimulai, satu kerbau dipotong di halaman rumah terlebih dahulu. Jumlah dan kerumitan ukiran di permukaan kayo di Tongkonan melambangkan status pemiliknya. Bangsawan Toraja memiliki Tongkonan dengan pahatan bermotif seperti kerbau. Sedangkan kaum biasa Tongkonannya tidak berukir sebagai tanda penghormatan.

Peti jenazah Belu Salurante yang berukir sulur-sulur dan tutupnya dicat emas ini diikat erat oleh tali yang ditumpukan pada bambu bersilangan. Bambu ini berfungsi untuk membawa peti jenazah. Ada dua perempuan duduk dibambu tersebut dan memakai baju hitam. Badannya bergoyang ke kanan kiri ketika para lelaki warga Desa Tondon dan anggota keluarga Salurante beramai-ramai bergantian menggotongnya.

"Heyaaa heee, heyaaaa heee,' teriak para lelaki menyemangati din mereka sendiri. Jarak yang dilalui iring-iringan ini sekitar 5 km, memutar dari rumah Belu Salurante ke Tongkonan yang lain. Di belakang para lelaki, mengikuti orang tua dan ibu-ibu yang membawa kain panjang berwarna merah. Di sisi kanan kiri jalan, warga Desa Tondon menyambut clan memberikan penghormatan terakhir bagi bangsawan.

Peti jenazah tersebut lalu disimpan di dalam Tongkonan sebelum dimasukan ke dalam Lung-Bang (makam) keluarga di tebing timur desa. Dalam proses pemindahan peti ke makam tebing akan diadakan kembali pests penyembelihan kerbau.

Itulah ragam fungsi yang diemban oleh Tongkonan. Selain sebagai tempat berkumpul juga sebagai tempat penyimpanan sementara jenazah sebelum dibawa ke makam nun jauh di tebing sana. (Tabloid Rumah/Danu Primanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com