Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Ajak Anak Berkemah!

Kompas.com - 06/07/2009, 13:43 WIB

SUKABUMI, KOMPAS.com - Selain mal, televisi, sekolah, atau rumah, suasana alam terbuka nan sejuk dan hijau perlu juga diperkenalkan kepada anak. Melalui berkemah misalnya, selain mengajarkannya kreatif, anak secara emosional juga akan merasa dekat dengan alam untuk perlahan mencintainya.

Alam adalah adalah "sekolah kedua" buat anak-anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Ny Budiwati (43), saat membawa kedua putranya Dimas dan Andra berkemah di Batu Tapak Camping Ground (BTCG), di kawasan hutan lindung Bukit Cangkuang, Desa Cidahu, di kaki Gunung Salak, Sukabumi, Sabtu, (4/7).

Budi mengatakan, selain alasan di atas kedua putranya pun sebetulnya mulai bosan menginap di vila, pergi ke taman bermain di tengah kota, atau ke mal setiap musim liburan tiba.

"Tadinya saya kira ini hanya kemauan saya saja, tapi begitu saya tawarkan ke anak-anak ternyata mereka mau juga untuk mencoba," ujar Budi.

"Sesekali memang perlu dikenali langsung menginap di alam terbuka, mandi di sungai atau bikin api unggun, itu akan menjadi pengalaman baru buat mereka. Hal-hal semacam itu memang sederhana, tetapi buat mereka sangat exciting ketika dilibatkan langsung melakukannya," ujar Budi, yang di masa muda juga hobi keluyuran ke gunung dan kemping.

Namun begitu, Budi mengakui, sebagai pengalaman pertama bermain di alam terbuka, dia tidak ingin membawa kedua putranya itu merasa terbeban dan tidak enjoy. Alasan berkemah di Batu Tapak, misalnya, bukan kemah ala Budi waktu remaja yang bisa "tahan" dengan tenda tenda butut atau parasut, makan indomie, ikan asin, naik truk, dan sebagainya.

Di tempat ini, semua perlengkapan kemah sudah disediakan oleh pengelola dengan standar profesional. Lokasi kemah dibuat rapi, hijau, dan tetap alami tanpa kesan "angker". Budi mengakui perlengkapan itu tergolong "wah" untuk disebut kemping, karena selain tenda, pengunjung pun disediakan kasur, sarapan pagi, kamar mandi, bahkan termos air panas untuk sekadar minum teh atau susu.

"Memang beda dengan zaman dulu saya waktu masih suka kemping. Untuk anak, berkemah itu harus nyaman dulu, biar nanti ketika dia sudah biasa dan merasakan nikmatnya, dia pasti akan mencari jalan sendiri untuk pergi ke alam bebas setelah dewasa nanti," ujarnya.

Hal tersebut diakui oleh Yulius Fanumbi, pengelola Batu Tapak. Yulius mengatakan, dengan fasilitas yang ada tersebut anak-anak akan punya awal yang baik untuk senang bermain dengan alam. Mereka tidak mudah bosan, muncul keberanian, dan selalu banyak bertanya.

"Jangan salah, pengalaman pertama bermain api unggun, mandi di kali atau hiking ke hutan dan air terjun akan terekam oleh mereka. Dari situ akhirnya bukan hanya pengalaman, sebab rasa percaya diri mereka pun akan timbul, serta keinginan berkreatifitas pun muncul dengan sendirinya," ujar Yulius.

Anak yang biasa dimanja di mal, lanjut Yulius, akan terkejut ketika diajak menyusuri lereng curam menuju sungai. Anak yang biasanya berjalan santai di jalan kompleks perumahan, kini bisa tahu rasanya jalan hati-hati di antar kerikil, tanah dan rumput di rute hiking. 

"Mereka akan banyak bertanya, akan banyak memecahkan solusi dengan sendirinya dari segala hal yang ia lihat dan temukan di alam," ujar Yulius.

Ihwal ucapan Yulius tersebut, memang terbukti. Tidak heran, usai menyambangi air terjun dan mandi di sungai yang jernih, kedua putra Budiwati tampak tertawa-tawa meskipun keduanya menggigil menahan terpaan angin dingin.

"Enak Ma, enakan di sini daripada di kolam renang. Di sini banyak batunya, airnya dingin lagi," ujar Dimas, yang bulan depan menginjak kelas I Sekolah Dasar. 

Tertarik? Batu Tapak bisa dilihat di situs mereka di http://www.batutapak.com atau langsung saja menggelar tenda di Hellypet Cangkuang, Desa Cidahu,  Sukabumi, Jawa Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com