Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neil, dari Spanyol Menebar Tawa

Kompas.com - 01/08/2009, 09:12 WIB

KOMPAS.com — Bersama Karma, nama sepedanya, yang membawa beban bagasi 80 kilogram, dia sudah menjelajahi 54 negara. Dari Spanyol, Alvaro Neil menapaki Amerika Selatan, Afrika Selatan, Timur Tengah, dan kini di Asia. Tepatnya di Jakarta.

Misinya satu: membuat orang-orang tersenyum dan tertawa tanpa beban. Baginya, ”dokter spesialis” yang bisa membuat orang bisa tertawa adalah badut.

Ya, Alvaro Neil adalah badut. Dialah badut bersepeda atau bahasa Spanyol-nya, bici clown (www.biciclown.com). Biciclown.com adalah situs web pribadinya.

Dari Malaysia, Neil merapat ke Indonesia lewat Sumatera. Kedatangan Neil di Indonesia menggunakan kapal, dia catat rapi di bukunya, 12 Juni 2009.

Dia menyempatkan diri ke Pulau Nias, menemui dua sahabatnya, kemudian menjelajahi daratan Sumatera yang berbukit-bukit. Barulah, Selasa (28/7), dia sampai di Jakarta.

Di Jakarta, Neil menginap di rumah presenter televisi dan penyiar Radio Motion, Jakarta, Arie Dagienkz. Arie memang khusus menyediakan tempat untuk para pengelana bersepeda.

Rabu (29/7) pagi lewat Radio Motion, Alvaro Neil sudah ikutan mengocok perut para pendengar. Ceplas-ceplos, gaya bicara yang ramai, membuat penyiarnya juga terkekeh-kekeh.

Acara itu adalah yang pertama di Jakarta. Rencananya, dia menggelar pertunjukan badut gratis di Jakarta untuk orang-orang tak beruntung, misalnya narapidana, pasien, dan para anak yatim.

”Tapi, saya tidak punya kontak di Jakarta, jadi belum ada pertunjukan. Kedutaan (Spanyol) tak bisa memberi bantuan banyak,” kata Neil, yang telah menggelar 50 kali pertunjukan di beberapa negara.

Di Indonesia, dia akan tinggal lima hingga enam bulan. Dari Jakarta, ia akan bergerak ke timur menelusuri Pulau Jawa menuju Timor Leste. ”Dari Timor Leste ke Sulawesi, kemudian Filipina, setelah itu Kalimantan,” katanya.

Dia tak punya preferensi politik atau kecenderungan ideologi tertentu. Baginya, misi bersepeda ini mengalir saja.

Apakah ada rencana mengunjungi daerah tertentu? ”Tak ada rencana. Dalam perjalanan, rencana saya adalah tak ada rencana. Apa pun bisa terjadi besok,” katanya.

Mantan pengacara

Sebagian orang, bahkan termasuk ibunya, menganggap apa yang dilakukan Neil itu gila. Namun, dia bersikukuh menjalani proyek pribadi yang diberinya nama MOSAW (Miles of Smiles Around the World) dengan target waktu 10 tahun, 2004-2014.

Dia adalah mantan pengacara yang sudah berpraktik selama lima tahun di Madrid. Lelaki yang mempelajari ilmu hukum dan juga ilmu badut ini menyadari, kekayaan tak berarti apa-apa karena hidup begitu singkat. Ia merasa harus melakukan sesuatu.

Alvaro Neil memilih bersepeda. Dia mulai berkelana ke Swiss dan Amerika Selatan tahun 2001. Seusai menjelajahi 10 negara di Amerika Selatan, pada 2004 ia memutuskan keliling dunia. Ia menjual mobil dan menguras tabungan untuk proyeknya.

Salah satu ”keahlian” Neil adalah mampu bertahan hidup dengan biaya murah. ”Saya tak menginap di hotel, tetapi tinggal di rumah penduduk lokal atau memasang tenda,” katanya.

”Saya hanya makan makanan lokal. Kadang penduduk lokal memberi saya makan, dan donasi,” tambahnya. Mulai dari tempat dingin bersalju hingga panas menyengat, seperti gurun, sudah ia lalui bersama Karma.

Baginya, kecepatan sepeda selaras dengan kecepatan manusia. Apa pun yang terjadi pada kecepatan itu bisa tetap dinikmati. Lalu, apa artinya bersepeda baginya?

”Bersepeda itu cara saya mengerti hidup. Ini adalah cara saya untuk hidup, untuk melihat dunia. Orang banyak membantu saya karena sepeda,” katanya.

Dengan bersepeda, dia merasa bisa mencium bau tanah, merasakan cuaca, dan dekat dengan alam. ”Saya tak suka kecepatan, tak suka kendaraan polutif,” katanya.

Takut bus

Dia tak takut melewati daerah berbahaya, juga tak takut akan kelaparan. ”Jika kita takut penderitaan, kita akan menderita ketakutan selamanya,” ujarnya.

”Saya hanya takut kepada sopir bus dan truk yang ugal-ugalan. Serius, ini menakutkan saya karena ada teman yang meninggal karena tertabrak bus,” katanya.

Apalagi di Indonesia pada umumnya, Neil mengkritik perilaku pengguna jalan yang tak punya rasa hormat kepada pengendara sepeda.

Dengar juga gugatan lainnya. ”Sebagian orang Indonesia itu ramah, tetapi mereka tak peduli lingkungan. Mereka membuang sampah sembarangan. Jakarta yang polutif seperti ini membuat saya sedih,” katanya.

Pesan Neil, jangan remehkan pesepeda. Bagi mereka, bersepeda adalah pilihan ideologi ramah lingkungan dan tak bisa diganggu gugat, apalagi oleh mereka yang setiap hari mencemari Bumi dengan asap kendaraan.

Ia selalu mencatat kejadian-kejadian unik dan penting, baik di buku harian maupun di situs web. Kabar terbaru dari Neil adalah pertemuannya yang mengejutkan dengan sesama pengelana dunia, Jean Beliveau (www.wwwalk.org).

Beliveau adalah warga Kanada yang juga keliling dunia sejak tahun 2000 dan berencana hingga 2011. Neil pernah bertemu Beliveau di Peru, tujuh tahun lalu. Kini mereka bertemu tak sengaja di warung tegal di daerah Tangerang.

Pengalaman menjengkelkan juga dia ceritakan ketika menapaki jalanan Sumatera dengan tanjakan dan turunan ekstrem. ”Benar-benar tak ada jalan untuk pesepeda,” katanya.

Penduduk lokal juga tak banyak membantu di jalanan Sumatera. Pengendara mobil dan sepeda motor berperilaku buruk. ”Mereka selalu membunyikan klakson setiap saat. Terkadang meneriaki saya saat saya berada di tengah tanjakan,” paparnya.

Di jalan yang dilewati sepanjang 65.089 kilometer, Neil selalu mencatat pengalamannya, baik positif maupun negatif. Sayangnya, di jalan juga, perilaku sesungguhnya sebuah bangsa selalu terkuak. Oleh karena itu, tetaplah tersenyum dan murah hati, jangan ugal-ugalan jika ingin dianggap bangsa yang ramah. (AMIR SODIKIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com