Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Memaknai Hidup dari Seorang Hee Ah Lee (2)

Kompas.com - 10/08/2009, 09:22 WIB

"Aku terlahir hanya dengan empat jari tangan. Dan, kaki sebatas lutut. Namun, aku mahir memainkan piano, dari karya Mozart sampai Chopin. Karena aku punya seorang ibu yang luar biasa. Yang membuatku mampu melampaui keterbatasanku".  (Hee Ah Lee, dalam 'The Four Fingered Pianist')


KOMPAS.com — Perjalanan Hee Ah Lee dan pianonya tak semulus yang dikira. Dalam buku biografi yang ditulis Kurnia Effendi, Hee Ah dan ibunya, Woo Kap Sun, melalui masa-masa sulit saat Hee Ah mogok bermain piano di usia 13 tahun. Selama setahun, ia tenggelam dari berbagai konser. Hingga akhirnya, saat banyak orang mempertanyakan keberadaannya, Hee Ah seakan mendapatkan energi untuk kembali tampil, melantunkan repertoar indah, lewat jari jemarinya.

Maka, selain Tuhan yang selalu membimbing, Hee Ah menganggap sosok ibu merupakan sosok yang paling berjasa. "Saya dan ibu sudah seperti jarum dan benang," kata Hee Ah, saat berbincang dengan Kompas.com, akhir pekan lalu.

Ibu baginya tak sekadar sosok yang melahirkannya ke dunia. Kepada wanita berusia 52 tahun itu, Hee Ah sudah seperti kakak-adik, dan bahkan seperti sahabat. "Ibu saya, kadang jadi mami, kadang seperti kakak-adik," cerita Hee Ah dengan mata berbinar ketika bertutur tentang ibunya.

Sang ibulah yang begitu sabar membimbing dan menjaga semangat serta ketekunannya hingga Hee Ah menjadi "sesuatu" di tengah kekurangannya. Tak ada gurat tak percaya diri dari Hee Ah. Ia pun berprinsip, hidup harus berbagi kebahagiaan.

"Saya ingin membantu orang-orang di seluruh negara. Kalau bisa, seperti Michael Jackson yang membuat organisasi sosial. Saya ingin membuat organisasi yang membantu orang berkebutuhan khusus, apalagi untuk orang susah," katanya seraya berharap agar keinginannya terwujud.

Membangun sebuah organisasi sosial menjadi satu mimpi di antara sederet mimpi Hee Ah lainnya. Sebagai warga Korea, ia memimpikan kembali bersatunya Korea Selatan dan Korea Utara. Untuk konser, Hee Ah memendam keinginan kembali ke Indonesia dan tampil di dua kota, Bandung dan Surabaya. "Doakan saja, saya bisa ke Indonesia lagi," ujar Hee Ah.

Bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara, berbagi kebahagiaan lewat dentingan pianonya, membuat Hee Ah mendapatkan semangat melanjutkan hidup. Sebagai wujud syukur, ia tak pernah berhenti berterima kasih kepada Tuhan. Sebuah kalung bergambar Yesus selalu digunakan Hee Ah dalam setiap kesempatan. "Tuhan yang memberikan kehidupan indah ini kepada saya," ujarnya.

Kepada anak-anak, atau siapa pun yang dilahirkan tak sempurna secara fisik, Hee Ah menitipkan pesan. "Jangan pernah bersedih dengan yang tidak ada. Tapi tetaplah bersemangat dengan apa yang masih ada, yang kita punya," kata Hee Ah menutup perbincangan.

(Selesai)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com