Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muntaber di Bogor, 5 Tewas

Kompas.com - 29/08/2009, 18:02 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Muntaber yang berjangkit di empat kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat menelan korban jiwa lima orang. Sampai Sabtu (29/8), Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor masih belum dapat memastikan bakteri penyebab merebaknya muntaber tersebut.

Kepala Bagian Pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Eulis Wulantari, mengatakan setelah berjangkit di Cisarua, Cigudeg, dan Caringin, muntaber juga mulai berjangkit di Megamendung.

"Hari ini kami mendapat laporan ada tiga orang warga Megamendung meninggal dunia karena muntaber. Sehingga, korban meninggal dunia akibat muntaber sampai saat ini menjadi lima orang. Kami berharap tidak akan ada lagi korban jiwa. Kami juga berharap media massa membantu kam i mengampanyekan pola hidup besih," kata Wulantari.

Lima orang yang tewas tersebut adalah Susi (23) waga Caringin, Tami (14) warga Cigudeg, serta tiga warga Megamendung Fauzan (1,5), Siti Aisiyah (3), dan Aminenah (40). Aminenah meninggal dunia di rumahnya tanpa pernah mendapat perawatan medis karena yang bersangkutan tidak mau dibawa ke rumah sakit dan menolak diberi cairan infuse. "Semua pihak sudah berupaya agar ibu tersebut mau dirawat, namun yang bersangkutan tetap menolak dengan alasan keyakinannya," tuturnya.

Adapun mengenai bakteri penyebab muntaber, Eulis Wulantari mengatakan, sampai Sabtu sore belum bisa dipastikan. Sebab, penelitian labolatoriumnya belum selesai. Dugaan sementara bakterinya adalah ecoli dan salmonella, dengan indikasi pasien menunjukan keram perut, mual lalu muntah-muntah dan berak-berak.

Untuk mempercepat kepastian bakteri apa yang membuat wabah muntaber di empat kecamatan tersebut, Departemen Kesehatan akan membantu melakukan penelitian dengan mengunakan median inkubasi bakteri yang lebih baik. Pengambilan samplenya akan dilakukan Minggu ini.

"Median inkubasi bakteri yang ada di Bogor memerlukan waktu sampai semingu untuk mengetahui hasilnya. Karena itu Depkes akan membantu kami melakukan penelitian bakteri ini dengan menggunakan median yang lebih bagus dan dapat mendetiksi bakteri lainnya, selain ecoli dan salmonella. Besok mereka akan mengambil sample-nya," ungkap Wulantari.

Megamendung KLB Muntaber

Munatber sejak Jumat lalu berjangkit juga di Megamendung. Namun status KLB (keja dian luar biasa) tidak menjadi empat kecamatan. Status KLB Kecamatan Caringin sudah dicabut, karena sejak Kamis sudah tidak ada lagi pasien yang dirawat atau pasien mendatangi puskesmas setempat dengan gejala muntaber. KLB muntabernya adalah di Kecamatan Cisarua, Cigudeg, dan Megamendung.

Karena ditetapkan sebagai KLB muntaber, pasien di tiga kecamatan terserbut bebas biaya pengobatan atau perawatannya. Dengan syarat, keluarga pasien menggurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) atau memiliki kartu Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat). Pasien pun harus dirawat di ruang kelas tiga rumah sakit tersebut.

Walaupun statusnya KLB memang tidak otomatis pasien bebas biaya berobat, yang bersangkutan harus mengurus SKTM atau pakai fasilitas kartu jamkesmas-nya. Apalagi kalau penderita masuk atau di rawat di rumah sakit. "Ketentuan administrasinya demikian. Sebab, baik rumah sakit maupun kami di Dinas Kesehatan harus mempertanggungjawabkan semua barang atau uang yang dipakai untuk menangani pasien muntaber tersebut," jelas Eulis Wulantari.

Sejak mulai terdeteksi i muntaber berjangkit pada 25 Agustus lalu di Cisarua, total penderitanya sampai Sabtu siang tercatat 186 orang di Cisarua, 177 orang di Cigudeg, 41 orang di Caringin, dan 32 orang di Megamendung. Yang masih menjalani perawatan di puskesmas atau rumah sakit ada 21 orang di Cisarua, 15 orang di Cigudeg, dan 6 orang di Megamendung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com