Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Siswa MAN Sabdodadi Gelar Sholat Ghoib

Kompas.com - 05/10/2009, 17:48 WIB

BANTUL, KOMPAS.com - Sekitar tiga ratus siswa Madrasah Aliyah Negeri Sabdodadi Bantul bersama dengan para guru, menggelar sholat Ghoib di pelataran sekolah, Senin (5/10). Mereka mendoakan para korban meninggal di Sumatera Barat agar diterima di sisi-Nya, dan korban selamat diberi ketabahan dan kesabaran.

Saat sholat, sebagian peserta sempat menitikkan air mata. Mereka teringat pada pengalaman gempa 27 Mei 2006 silam. Isakan tangis semakin menjadi ketika imam sholat membacakan doa bersama.

"Saya kasihan dengan korban gempa di Padang. Saya sendiri sudah pernah merasakan bagaimana rasanya diguncang gempa. Apalagi saya kehilangan kakek karena ia tidak sempat menyelamatkan diri saat gempa tahun 2006 lalu," kata Frismi, siswa kelas V III Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sadodadi.

Frismi adalah warga Desa Panjangrejo, Pundong yang menjadi salah satu daerah terparah akibat guncangan gempa. Bencana Padang membuat hatinya terkoyak. Rekaman detik-detik gempa Bantul pun kembali diingatnya hingga ia pun menitikkan air mata.

Kesedihan juga tampak dari raut wajah Siti Fatonah, siswa MAN Sabdodadi lainnya. Begitu mendengar imam membacakan doa hatinya tergetar teringat gempa yang sudah merobohkan rumahnya. Beruntung ia sekeluarga bisa selamat.

Sholat Ghoib dipimpin oleh Muhamad Sukron. Menurut Agama Islam, sholat ini termasuk jenis sholat jenazah yang dilakukan tidak di depan jenazah. Sholat Ghoib lalu dilanjutkan dengan sholat dhuha dan doa bersama.

"Intinya kami mendoakan agar arwah korban yang sudah meninggal bisa tenang dan diterima di sisi Allah. Korban yang selamat mudah-mudahan diberi kesabaran dalam menerima cobaan bencana ini," kata Sukron.

Di akhir acara, mereka menggalang bantuan sukarela. Total dana yang terhimpun mencapai Rp 1,6 juta. Dana tersebut akan disalurkan untuk korban gempa di Sumatera Barat.

Menurut Kepala Sekolah MAN Sabdodadi, Imam Nuryanto kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk empati kepada korban gempa. Kita hidup di wilayah rawan gempa sehingga bencana ini bisa mengancam setiap saat. "Sudah menjadi kewajiban bagi yang tidak terkena gempa untuk membantu saudara-saudara kita," katanya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com