Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Besi Tua Stroke Dicelurit Saat Berjemur

Kompas.com - 03/11/2009, 09:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat berjemur di bawah matahari pagi, H Miskad (50) disabet dengan celurit oleh tiga pria tak dikenal di rumahnya di Pedongkelan, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (2/11) pagi. Penjual besi tua itu tewas di depan istrinya dengan luka robek di leher dan perutnya.

Pembunuhan itu diduga dipicu oleh balas dendam pihak tertentu yang kalah dalam tender proyek pengolahan limbah.

Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Sekitar puku1 07.30, Miskad ditemani istrinya, Musrifah (45), berjemur di pagi hari. "Pak Miskad sejak enam bulan lalu kena stroke dlan jalannya harus pakai tongkat. Makanya setiap pagi, istrinya mengajak Pak Miskad duduk-duduk di balai supaya terkena sinar matahari pagi sebagai terapi," kata Alik (35), tetangga Miskad.

Pasangan beranak enam dan tiga cucu itu setiap pagi dudukduduk di bale-bale di depan rumahnya, yang sekaligus dijadikan tempat jual-beli besi tua, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pendongkelan 1, RT 02/15, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.

Saat itulah, kata Alik, datang tiga pria tak dikenal yang masing-masing memboceng pria lain dengan sepeda motor jenis bebek berwarna hitam. Tiga pria yang dibonceng turun lalu menghampiri Miskad sambil marah-marah, lalu menyabetkan celurit ke leher dan perut Miskad.

Musrifah yang melihat suaminya dianiaya, mendorong salah seorang pria itu. Namun, lengan kanan dan kepalanya juga disabet dengan celurit hingga luka robek. "Perempuan jangan ikut-ikutan," ujar Musrifah menirukan perkataan pria tersebut.

Begitu melihat Miskad tak bergerak, ketiga lelaki itu kabur. Miskad tewas seketika dengan tubuh berlumuran darah.    .

Belasan tetangga Miskad berdatangan. Mereka melaporkan kejadian itu ke polisi. Jenazahnya kemudian dibawa ke RSCM oleh anggota Polsektro Pulogadung yang menangani kasus itu. Sementara itu, Musrifah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.

Seusai diotopsi, jenazah Miskad dibawa keluarganya untuk diberangkatkan ke kampung halamannya di Sampang, Madura.

Proyek limbah

Sudi (30) seorang keponakan Miskad menduga peristiwa itu dilatarbelakangi dendam lama mengenai pembagian jatah proyek pengelolaan limbah di wilayah Kepalagading, Jakarta Utara, pada tahun 2008.

"Ini jelas masalah jatah pengelolaan limbah yang dirasakan oleh mereka tidak adil," katanya. Namun, dia enggan menceritakan detail proyek pengolahan limbah itu.

Pasangan H Miskad dan Musrifah sejak lama membuka usaha jual-beli besi tua di rumahnya. Miskad juga menjadi distributor barang-barang rongsokan.

Saat kejadian, anak-anak Miskad seoang berada di dalam rumah dan tak mengetahui bahwa orangtua mereka mendapatkan serangan dari segerombolan orang tak dikenal. Keluarga baru mengetahui kejadian itu setelah banyak orang berkerumun di rumahnya.

Atas kejadian itu, Kapolsek Pulogadung Kompol P Simarmata mengatakan, dari sejumlah saksi yang sudah dimintai keterangan, ada beberapa nama yang diduga kuat terlibat dalam pembunuhan Miskad.

Hanya saja, Simarmata belum mau mengungkapkan apa motif pembunuhan itu. Menurutnya, polisi tengah memburu para pelaku yang sudah diketahui identitasnya.

"Kami sudah dapat semua data dan bukti, biarkan kami bekerja dulu baru motif sebenarnya ketahuan," ujar Simarmata saat dihubungi semalam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com