Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mun'im: Mayat Nasrudin Dimanipulasi

Kompas.com - 10/12/2009, 15:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ahli forensik Universitas Indonesia, Abdul Mun'im Idris, mengatakan bahwa mayat Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, telah dimanipulasi atau tidak asli sebelum ia memeriksanya. Akibatnya, ia tidak bisa menentukan beberapa hal soal kematian korban.

"Mayat sudah dimanipulasi," kata Mun'im saat memberikan keterangan sebagai saksi di persidangan terdakwa mantan Ketua KPK, Antasari Azhar, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (10/12/2009). Sebelum Mun'im melakukan pemeriksaan di RSCM Jakarta, korban Nasrudin sempat dirawat di rumah sakit di Tangerang lalu dibawa ke RSPAD Gatot Subroto.

Mun'im menjelaskan, mayat Nasrudin tidak asli karena saat tiba di Forensik RS Cipto Mangunkusumo sudah telanjang, sebagian rambut telah digunting, dan luka tembak telah dijahit. "Saya tidak memeriksa di TKP. Mayat dari TKP tidak langsung ke saya, tapi ke tempat lain. Sulit menentukan saat kematian korban. Itu paling penting karena berkaitan dengan alibi tersangka," paparnya.

Tindakan situasional dengan dijahit, menurutnya, biasa dilakukan dokter rumah sakit. "Sah-sah aja tindakan jahitan itu. Seperti hanya basa-basi, masa tidak dilakukan tindakan. Sebenarnya enggak usah diapa-apain udah mati," ucapnya.

Namun, ia masih dapat mengetahui jenis peluru yang ditembakkan, yaitu 9 mm dan tipe senjata SNW, karena dua peluru masih berada di dalam kepala korban. Peluru pertama ditemukan berada di atas telinga kanan di bawah kulit. Adapun peluru kedua berada di rongga tengkorak di antara jaringan otak.

Namun, akibat mayat tidak asli itu, ia tidak dapat menentukan, peluru mana yang menyebabkan kematian korban, dan berapa lama waktu kematian setelah ia menerima jenazah.

Tembak jarak jauh

Menurut Mun'im, berdasarkan sifat luka di kepala korban, hasil pemeriksaan forensik menunjukkan bahwa penembakan dilakukan dari jarak jauh. Namun, korban Nasrudin belum tentu ditembak dari jarak jauh.

"Bisa aja ditempel penghalang, misalnya bantal, sehingga sifat lukanya kelihatan jarak jauh. Padahal, visualnya ditembak dari dekat. Saya tidak bicara proses, tapi hasil," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com