Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babeh (2): Tak Bergairah pada Perempuan

Kompas.com - 15/01/2010, 08:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Cerita soal pembunuh kejam dengan cara dimutilasi, Baikuni (48) alias Babeh, makin menghebohkan. Berdasarkan pengakuannya kepada psikolog dari Universitas Indonesia, Prof Sarlito Wirawan Sarwono, ia telah membunuh tujuh bocah sejak tahun 2000. Semua bocah itu disodomi setelah tewas dijerat dengan tali lantaran menolak berhubungan badan. Empat bocah di antaranya dimutilasi.

Jumlah korban itu lebih banyak dari jumlah korban yang diakui Babeh kepada penyidik Polda Metro Jaya yang ketika itu dia sebut tiga bocah. Bagaimana latar belakang kehidupan Babeh si pembunuh berantai ini?

Sarlito seusai memeriksa kejiwaan Babeh di Polda Metro Jaya menceritakan, Babeh adalah anak ke-11 dari 12 bersaudara. Orangtuanya bekerja sebagai petani di Magelang, Jawa Tengah, dengan penghasilan kecil. Semasa kecil ia selalu dikata-katai bodoh oleh anggota keluarganya lantaran sering tak naik kelas. Karena itu, ia hanya disekolahkan hingga kelas III SD.

Pada umur 12 tahun, kata Sarlito, Baikuni kecil kabur dari rumah orangtuanya lalu merantau ke Jakarta. Ia kemudian menggelandang di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat (ketika itu masih menjadi terminal bus kota yang sangat sibuk).

Untuk mengisi perutnya, setiap hari ia mengamen. Pengalaman buruk terjadi pada masa itu. "Dia pernah disodomi oleh seseorang di Lapangan Banteng. Waktu itu dia berontak, tapi karena dipaksa dengan ancaman pisau, dia nggak bisa apa-apa," kata Sarlito, Kamis (14/1/2010), mengutip pengakuan Babeh.

Setelah itu, lanjut Sarlito, Baikuni bertemu dengan seorang tukang rokok bernama Cuk Saputra. Ia lalu dibawa Cuk ke Kuningan, Jawa Barat. Di sana setiap hari ia disuruh menggembala kerbau. Setelah itu Baikuni dinikahkan dengan kerabat Cuk bernama Era yang saat itu berumur 21 tahun.

"Tapi saat diajak berhubungan dengan istrinya, Babeh tidak bisa terangsang. Dia tidak bergairah dengan perempuan. Sampai Era meninggal karena sakit, Babeh tidak bisa berhubungan sama sekali," papar Sarlito.

Setelah istrinya meninggal, Baikuni yang sudah menduda kembali ke Ibu Kota dan mulai berjualan rokok. Ia pun mulai mengumpulkan anak-anak jalanan di rumah kontrakannya. Mulailah dia disebut Babeh karena ia memang melindungi anak-anak asuhnya.

Terhadap anak-anak yang dia asuh itu, Babeh tak pernah berlaku kasar. "Anak jalanan itu tidak disentuh. Memang dia sayang anak-anak," kata Sarlito.

Ketika hasrat biologisnya datang, Babeh lalu mencari mangsa bocah di luar anak-anak asuhannya. "Dia ambil orang tidak dikenal. Jadi, di luar grupnya," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com