Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusara Keabadian "Menapo" Muaro Jambi

Kompas.com - 16/01/2010, 09:05 WIB

KOMPAS.com - Dua puluh kali lebih luas dari Candi Borobudur di Jawa Tengah dan dua kali lebih luas dari Kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja, tak heran apabila kompleks percandian Candi Muaro Jambi pun disebut sebagai kawasan candi terluas di Asia Tenggara. Sayangnya, kawasan ini bak pusara keabadian warisan kemanusiaan karena tak satu pun candi yang wujudnya utuh.... Kompleks Candi Muaro Jambi terletak sekitar 35 kilometer sebelah utara Kota Jambi, tepatnya di Kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Takjub sekaligus ironis sepertinya dua kata yang pas untuk menggambarkan kondisi percandian di muara Sungai Batanghari itu.

Kata takjub mencuat karena luas kompleks percandian ini mencapai 2.062 hektar. Mulai dari lahan yang telah dikuasai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, kebun milik warga, hingga kanal-kanal penghubung antarcandi. Candi-candi yang tersebar di antara kanal inilah keunikan Kompleks Candi Muaro Jambi, yang tak ditemui di kompleks percandian lain di Nusantara.

Tercatat ada 11 candi utama yang ditemukan dan sebagian sudah dipugar, di antaranya Candi Gumpung, Candi Tinggi dan Tinggi I, Gedong I dan II, Kedaton, Koto Mahligai, Astano, Teluk I dan II, Bukit Sengalo, dan Kembar Batu. Hamparan candi itu belum termasuk 82 reruntuhan candi yang diperkirakan masih terkubur di dalam puluhan gundukan tanah, atau biasa disebut menapo oleh warga sekitar candi.

Bekas-bekas kanal dan parit di Candi Muaro Jambi merupakan konsep arsitektur tata kota zaman dulu yang menakjubkan. Parit selebar 2-3 meter dibuat mengelilingi candi dan berfungsi sebagai pembatas, sedangkan kanal selebar 6-10 meter dibuat mengular membelah candi-candi yang fungsinya sebagai jalur transportasi. Kanal pun menyambung dengan Sungai Batanghari.

Peneliti BP3 Jambi meyakini, transportasi utama menuju ke candi kala itu menggunakan perahu. Sistem transportasi ini tak ubahnya seperti kanal-kanal di Kota Venesia saat ini.

Ada empat kanal yang telah diberi nama, yaitu Kanal Jambi, Melayu, Terusan, dan Parit Johor. ”Selain kanal, ada Danau Kelari, sebuah danau kecil penghubung antarkanal,” kata Agus.

Selain kanal, ada dongeng menarik yang mengakar di kalangan warga sekitar candi, yaitu kisah tentang kegagalan Raja Datuk Paduka Berhala membangun sebuah candi setinggi langit dalam waktu semalam, yang diminta oleh Putri Pinang Masak. Karena jengkel, raja pun menendang candi tersebut hingga berserakan dan membentuk candi-candi kecil.

Selintas, cerita ini mirip legenda Bandung Bondowoso yang gagal membangun seribu candi untuk Roro Jonggrang, atau Sangkuriang yang tak berhasil membuat perahu serta danau untuk Dayang Sumbi.

Setelah dimanjakan rasa takjub, ironi pun muncul kala memandangi bata-bata merah yang menyusun candi itu keropos dimakan usia. Lumut hijau bersemu hitam merekat kuat, retakkan bata yang memanjang pun menjadi hiasan candi. Bahkan, hampir semua candi hanya terdiri atas bagian fondasi dan tubuhnya, sedangkan bagian atas tak terlacak entah ke mana.

Tembok dan gapura yang mengelilingi candi pun hampir tak terlihat bekasnya, seperti gapura dan tembok keliling Candi Gumpung—ditemukan tahun 1820 dan baru dipugar tahun 1982 hingga 1988—yang hanya tersisa bagian fondasinya setinggi betis hingga pinggang orang dewasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com