Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.751 Ayam Mati Terserang Flu Burung

Kompas.com - 01/02/2010, 20:48 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com - Sedikitnya 2.751 ekor unggas jenis ayam ras dan ayam bukan ras di Riau selama Januari 2010 mati terserang virus flu burung (avian influenza) jenis H5N1.

Ribuan ayam yang mati itu tersebar di enam daerah di Riau, yakni Kabupaten Kampar sebanyak 1.995 ekor, Siak 391, Indragiri Hilir 234 ekor, Indragiri Hulu 128 ekor, dan selebihnya tersebar di Kuantan Sengingi, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hulu.

"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya maka terjadi peningkatan drastis, sebab pada Januari 2009 tercatat hanya 441 ekor unggas yang mati karena penyakit itu," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, Patrianov, di Pekanbaru, Senin (1/2/2010).

Menurut dia, tingginya temuan unggas yang mati itu karena siklus musim penghujan di Riau yang bergeser mundur dan cenderung ekstrem mengakibatkan virus penyakit menular yang mematikan pada unggas dan manusia itu secara cepat menyebar.

Kondisi itu juga diperparah dengan kondisi banjir akibat meluapnya air sungai yang melintasi pemukiman warga setempat dan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hewan peliharaan jenis unggas.

"Di lapangan kami masih menemukan warga yang membuang begitu saja ayam yang mati ke sungai atau ke air yang tegenang karena banjir bukan dengan menguburnya sehingga virus itu cepat meluas," jelasnya.

Padahal unggas di Riau telah terinfeksi virus flu burung sejak Desember 2005 dan pertama kali ditemukan di Kota Dumai, kemudian meluas ke daerah lain pada tahun 2007 sehingga pada akhir tahun itu seluruh daerah di Riau dinyatakan endemis avian influenza.

Walau pemerintah setempat telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penularan penyakit itu baik terhadap unggas lain atau manusia, namun kesadaran warga setempat dinilai masih rendah.

Seperti pada tahun 2009, hanya sekitar 17 persen dana dari APBD yang terserap sebagai biaya pengganti pemusnahan unggas yang dihargai Rp 5.000-Rp 15.000 per ekor, sedangkan sisanya Rp 80 juta lagi dikembalikan ke APBD.

"Warga lebih senang memotong ayam yang teserang flu burung, dibanding menjualnya dengan petugas untuk dimusnahkan sehingga orang yang memasaknya rentan terserang penyakit itu," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com