Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Kuliner Siang "Beratap Rel Kereta"

Kompas.com - 03/02/2010, 14:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi karyawan perkantoran seputaran Kebon Sirih atau Cikini, Jakarta Pusat, istilah "bareta" alias bawah rel kereta, pasti sudah akrab di telinga.

Bareta salah satunya dikenal sebagai pusat jajanan makan siang yang ada di seputaran kawasan Kebon Sirih, Gondangdia dan Cikini. Di sini, pada siang hari biasanya padat oleh karyawan yang menikmati makan siangnya tepat di bawah rel kereta api yang menjadi atapnya.

Nah, kalau Anda bosan makan di kantin kantor, kenapa tak mencoba kulineran makan siang "beratap rel kereta"? Coba susuri saja mulai dari fly over rel kereta api di Kebon Sirih. Terus berjalan ke arah Gondangdia, kita akan menemukan berbagai jenis makanan. Sebut saja nasi goreng gila, mi goreng, sate ayam, sate kambing, mi ayam, bakso, warteg, aneka jus, ayam bakar, soto Betawi, gudeg Jogja hingga sate Padang.

Berderet meja dan kursi tersedia. Jangan khawatir ngemper, meski biasanya kepadatan luar biasa terjadi di jam makan siang. Salah satu pedagang nasi goreng gila, Wahyuni (60). Dia dikenal puluhan pedagang di kawasan itu sebagai pedagang yang sudah cukup lama berjualan di Bareta. Ia sendiri tak ingat kapan tepatnya kawasan Bareta ramai oleh para pedagang makanan.

"Saya enggak inget mulai tahun berapa. Yang jelas, setelah saya digusur jualan di Taman Ria Senayan, saya pindah ke sini. Waktu itu cuma saya, sama dua atau tiga pedagang. Enggak sebanyak sekarang," kata Wahyuni kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2010).

Dia mengisahkan, kawasan yang dijadikan lahan berjualan makanan itu sebelumnya adalah rel kereta api yang kanan kirinya diapit kebon pisang. "Sebelum dibangun rel yang di atas," kata warga Pasar Boplo, Kebon Sirih ini.

Beberapa tahun belakangan ini, seiring dengan banyaknya karyawan yang bertandang menghabiskan istirahat siangnya, para pedagang pun semakin hari semakin bertambah. Banyak cara yang dijadikan daya tarik oleh masing-masing pedagang. Ada yang menjejer beberapa pot bunga untuk memberikan kesan hijau dan segar, ada pula yang memilih kursi berwarna warni untuk menarik pengunjung. Kebanyakan pedagang merupakan warga sekitar Kebon Sirih.

"Lumayan, jadi sumber penghasilan buat sekolah anak. Anak saya juga bisa bantu-bantu, enggak nganggur," kata Haji Supar, pedagang soto yang sudah berdagang selama 12 tahun.

Kuliner siang Bareta itu biasanya mulai bersiap pukul 08.00 dan berakhir pukul 16.00 atau 17.00 WIB. "Lepas makan siang biasanya sepi," ujar Supar.

Kalau kuliner Bareta pada malam hari, biasanya terpusat di sekitar Stasiun Gondangdia.

Harga murah meriah

Bukan bermaksud promosi, tapi harga yang ditawarkan para pedagang relatif murah. Untuk satu porsi nasi atau mi goreng dibanderol Rp 7.000-Rp 8.000. Aneka sate, antara Rp 10.000 dan Rp. 15.000. Soto ayam Rp 8.000 berikut nasi.

Bagaimana soal rasa? "Not bad lah. Lagian kalau dari suasana lumayan, menghilangkan sumpek setelah setengah hari di kantor," kata Yusnita, salah satu karyawati bank yang berkantor di kawasan Kebon Sirih.

Menurut dia, keberadaan Bareta memang sangat membantu para karyawan yang berkantor di sana. "Kalau enggak, makan di kantin kantor lumayan mahal. Mending kesini. Kalau pas males keluar, nitip office boy," ujarnya.

Di ujung Bareta sebelum Stasiun Gondangdia, juga ada tempat makan yang bangunannya semi permanen. Makanan yang dijual juga cukup beragam. Jadi, tinggal pilih saja! Dan nikmati sensasi makan siang sambil merasakan gemuruh kereta api yang lewat di atas Anda...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com