Selain lauk-pauk melimpah, di meja juga tersedia dessert berupa tape dari ketan putih yang dibungkus daun kemiri. Penampilannya sangat mirip dengan tape ketan putih di Brebes, Jawa Tengah. Bedanya, di Brebes tapenya dibungkus daun jambu air, sedangkan di Kalijati pembungkusnya adalah daun kemiri. Keduanya menciptakan jejak pulasan warna hijau lembut pada tape yang manis. Tape itu juga cocok untuk dibungkus sebagai oleh-oleh.
Setelah Subang
Di lintasan itu juga banyak terdapat warung nasi Sunda yang berjajar-jajar di tepi jalan Desa Cijambe, tidak jauh setelah melintasi Subang. Kebanyakan warung nasi di sini memanfaatkan pemandangan indah pegunungan. Bahkan, ada yang menghadap ke hamparan kebun teh.
Saya singgah di RM Nangka. Seperti juga kebanyakan warung di Cijahe, di sini juga ada berbagai pilihan nasi: nasi timbel, nasi bakar, nasi merah, nasi liwet, dan nasi tutug oncom. Ada pula beberapa lauk yang jarang muncul di tempat lain, misalnya gepuk atau empal yang dibentuk seperti bola dan diikat bambu halus. Empuk dan gurih.
Setelah Cijahe, titik berhenti berikutnya yang dapat disinggahi adalah Cikole dan Lembang. Di Lembang lebih banyak pilihan. Di pasar ada yang menjual ketan bakar dengan berbagai bumbu. Ada juga dua rumah makan yang spesialis tahu.
Banyak kebun stroberi yang menawarkan atraksi memetik sendiri sambil singgah di saung-saung yang menyajikan masakan khas Sunda. Selain itu, juga ada beberapa warung yang spesialis menyajikan masakan dari daging kelinci, baik dalam bentuk sate, sop, gule, maupun kelinci goreng. Bahkan, barudak Bandung pun banyak yang berburu kuliner ke Lembang.
Kalau sedang tidak terburu-buru karena ditunggu mojang Bandung anu gareulis pisan, mungkin lintasan ini dapat Anda pilih–khususnya bila memang ingin melakukan wisata kuliner.