Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Dulmatin?

Kompas.com - 09/03/2010, 14:11 WIB

KOMPAS.com — Dulmatin, kelahiran Jawa Tengah tahun 1970, adalah tokoh senior dalam kelompok militan Jemaah Islamiyah dan merupakan salah satu teroris paling dicari di Asia Tenggara. Dulmatin sering kali menggunakan nama samaran, antara lain, Amar Usmanan, Joko Pitoyo, Joko Pitono, Abdul Matin, Pitono, Muktamar, Djoko, dan Noval. Namun, beberapa orang sering kali menjulukinya ”genius”.

Sebutan genius itu bukan tanpa alasan. Pria asal Jalan Pemali, Kabupaten Pemalang, ini pernah mendapat latihan di Afganistan pada 1990-2001 dan karena kepandaiannya, ia mendapat ilmu khusus dari Azahari Husin sebagai ahli pembuat bom dan bidang elektronik. Kemampuan merangkai peledak itu membuat ia disebut-sebut berada di balik bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang. Saat bergabung dengan Azahari, Dulmatin disebut sering membantu merakit bom mobil dan rompi peledak.

Dulmatin diyakini pernah bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Filipina sejak 2003 dan di sana ia mengajari pembuatan peledak. Saat bergabung dengan kelompok tersebut, ia dikabarkan terluka dalam pertempuran dengan tentara pemerintah di Pulau Jolo, Januari 2007. Pada Mei 2007, Dulmatin berhasil lolos dari sergapan di Pulau Simunul, beberapa saat sebelum tentara dan polisi Filipina mengepung lokasi persembunyiannya. Mereka hanya menemukan empat anak yang diduga sebagai anak Dulmatin.

Karena dianggap orang yang berbahaya, Pemerintah Amerika Serikat menawarkan hadiah 10 juta dollar AS bagi mereka yang memberikan informasi mengenai keberadaan Dulmatin.

Pada 19 Februari 2008, Pemerintah Filipina mengumumkan bahwa mayat seorang pria yang diyakini sebagai Dulmatin ditemukan di sebuah kuburan di Provinsi Tawi-Tawi. Namun, dalam penggerebekan oleh Detasemen Khusus 88 Polri di Pamulang, Selasa ini (9/3/2010), nama Dulmatin kembali disebut-sebut sebagai salah satu korban tewas. Benarkah korban itu Dulmatin?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com