Jayapura, Kompas -
”Kami menyita senjata-senjata tradisional karena dalam konflik kemarin (19 Maret 2010) masyarakat memakai senjata tradisional yang melukai dan membahayakan diri sendiri, orang
Penegasan Dominggus menyusul memanasnya kembali suasana di daerah itu setelah banyak jemaat pendiri Sekolah Tinggi Theologia Baptis mengetahui persis kerusakan bangunan sekolah tersebut.
Sebagaimana diberitakan, pada 19 Maret lalu dua kelompok warga bertikai terkait masalah kepemimpinan Gereja Baptis di Jayapura. Kedua kelompok itu adalah kelompok pro-Pendeta Sofyan Socratez Yoman dan kelompok pro-Pendeta Perinus Kogoya. Saat itu tiga warga terluka.
Perinus Kogoya adalah pejabat baru di Gereja Baptis dan mengepalai Sekolah Tinggi Theologia Baptis, Kotaraja. Menurut Perinus, akibat pertikaian tanggal 19 Maret itu, institusi pendidikan yang dipimpinnya hingga kemarin masih belum bisa berjalan normal.
”Pertikaian kelompok itu juga mengakibatkan seluruh ruangan tempat perkuliahan hancur. Saya berharap pekan depan aktivitas perkuliahan kembali normal,” ujarnya.
Ia menambahkan, penyerangan yang dilakukan kelompok pro-Socratez hari itu menyebabkan ijazah dan beberapa dokumen penting lainnya milik mahasiswa hilang.
Sekolah Tinggi Theologia Baptis, Kotaraja, memiliki 300-an mahasiswa. Sekolah itu berdiri sejak tahun 1987. Menurut Perinus, tahun lalu baru ada 21 mahasiswa yang diwisuda. Wisuda tanggal 16 Maret lalu itulah yang memicu pertikaian.
Jika selama sepekan terakhir aparat melonggarkan pengamanan bersenjata di sekitar lokasi kejadian (Jalan Jeruk Nipis), kemarin satu peleton aparat disiagakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan. ”Menyiagakan aparat di sini untuk menerima laporan dari masyarakat, kelompok mana pun.
Razia senjata tajam kemarin melibatkan anggota Brigade Mobil dan pengendalian massa yang diangkut dengan empat truk. Operasi tidak mendapat perlawanan masyarakat.