Jakarta, Kompas -
Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Gellwynn Jusuf mengatakan, pada 10 Mei Kementerian Kelautan dan Perikanan akan meluncurkan Pelayaran Kapal Peneliti Sistem Observasi Samudra Global Indonesia (Inagoos).
Peluncuran itu dilakukan dalam pembukaan sesi kedelapan The Western Pacific Intergovernmental Oceanographic Commission yang akan berlangsung di Bali pada 10–12 Mei.
Pelayaran Inagoos itu terdiri dari tiga pelayaran penelitian yang diikuti tiga kapal riset Indonesia dan sebuah kapal riset The National Oceanic and Atmospheric Administration
”Dalam pelayaran pertama, peneliti Indonesia, Australia, dan Timor Leste akan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII untuk meneliti Laut Arafuru dan Laut Timor. Sementara Kapal Riset Baruna Jaya IV dan kapal Okeanos Explorer akan meneliti aktivitas gunung berapi di dalam laut perairan Sangihe Talaud, serta keanekaragaman hayati di sana,” kata Gellwynn.
Peneliti BRKP Tonny Wagey menjelaskan, Baruna Jaya VIII tidak akan meneliti dampak pencemaran Laut Timor akibat tumpahan minyak dari Montara, West Atlas, Australia. ”Kami akan meneliti pergerakan arus laut untuk menyiapkan mitigasi pencemaran laut pada masa mendatang,” kata Tonny.
Ia menyatakan, pelayaran itu juga meneliti jasa lingkungan perairan Indonesia sebagai daerah pemijahan ikan dan hubungannya dengan potensi tangkapan ikan di Australia dan Timor Leste.
Kepala Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati BRKP Budi Sulistiyo, menjelaskan, pelayaran riset ketiga dilakukan Baruna Jaya III. Kapal itu akan mengambil data dari tiga buoy yang sejak dua tahun lalu mencatat data dinamika dan variabilitas perairan Samudra Hindia selatan Jawa.