JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pandhita Buddhayana, Romo Krisnandha Wijaya Mukti, mengatakan, banyak makna yang bisa dipetik dari perayaan Hari Raya Waisak 2554.
Dalam konteks nasional, Waisak bisa dijadikan momentum memperkuat persatuan bangsa yang multikultural. Romo Krisnandha mengungkapkan, perayaan Waisak secara nasional yang dipusatkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah, membawa pesan persatuan tersebut.
"Kegiatan Waisak yang terpusat di Candi Borobudur, ini unik. Perayaannya yang terpusat secara nasional disana, mengingatkan kita akan benang merah kehadiran bangsa ini punya riwayat. Saatnya kembali ke akar budaya bangsa. Nenek moyang bukan hanya meninggalkan warisan budaya fisik, tapi moral. Ambil apinya bukan abunya," kata Romo Krisnandha, di sela perayaan Waisak di Wihara Ekayana Buddhist Centre, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Jumat (28/5/2010).
Ia melanjutkan, perayaan Waisak di Borobudur juga menjadi simbol bahwa Indonesia sebagai bangsa yang satu, mempunyai akar budaya yang kuat. "Kita sadari, yang namanya bangsa kita multikultur dan plural. Ini juga menjadi penekanan Waisak," ujarnya.
Momentum Waisak juga tidak hanya mengembalikan kesadaran nilai-nilai spiritual, melainkan juga nilai nasionalisme. Di era globalisasi, masyarakat Indonesia dinilai kurang memiliki kesadaran bahwa sebagai warga negara seharusnya memerhatikan nasib sesama bangsa.
"Tetapi semangat ini malah menurun. Perhatian kepada tetangga berkurang, tapi kepada warga negara lain yang jauh justru memberikan perhatian besar," ujar Romo Krisnandha.
Oleh karena itu, dalam rangkaian perayaan Waisak yang telah dilakukan sejak jauh-jauh hari, Umat Buddha juga menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial. Di antaranya donor darah yang bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.