Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FPI Pernah Dimanfaatkan Pihak Tertentu

Kompas.com - 02/07/2010, 12:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ass'ad Ali mengakui, meskipun di awal terbentuknya Front Pembela Islam (FPI) dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu, tetapi sekarang ini tidak lagi seperti itu.

"Kalau saya lihat, FPI yang sekarang ini berbeda dengan yang dulu. Awalnya, kan, begitu ya. Akan tetapi, sekarang ini FPI tidak lagi seperti yang kalian tanyakan itu (dimanfaatkan pihak lain)," kata Ass'ad Ali, yang tercatat masih menjabat Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), saat ditanya pers seusai menghadiri pembukaan Kongres Fatayat NU di Wisma Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (2/7/2010).

Sebelumnya, pers menanyakan, penyebab aksi kekerasan yang dilakukan oleh FPI di sejumlah tempat apakah karena kurang pembinaan ataukah karena memang sejak awalnya FPI berdiri sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.

"Menurut saya, penyebabnya seperti itu (aksi kekerasan), karena seperti yang disampaikan Wakil Presiden Boediono tadi, kita ini sekarang masih dalam proses transisi demokrasi. Dengan transisi itu, kita akan menuju ke masa yang lebih baik lagi. Itu karena pengalamannya, ya," tambahnya.

Dikatakan Ass'ad Ali lagi, dengan transisi demokrasi, sebagian masyarakat belum dapat melihat batas-batas kebebasan berpendapat itu seperti apa. "Oleh sebab itu, Undang-Undang (UU) Organisasi Massa (Ormas atau Keormasan) harus diteliti lagi apakah itu cocok dengan upaya untuk mengamankan demokrasi," tambahnya.

Perbaiki UU Keormasan

Tentang perlunya FPI dibina lagi, Ass'ad Ali menjawab, "FPI kan bukan NU." Namun, lanjut Ass'ad, NU terus mendorong dan mengimbau semua ormas mengedepankan keamanan dan perdamaian. Saat ditanya mengenai kemungkinan FPI dibubarkan oleh pemerintah, Ass'ad mengatakan ia tidak setuju.

"Saya kira perbaiki saja UU Keormasan-nya sebagai langkah awalnya. Di UU itu, kan, tidak ada verifikasinya. Orang bikin ormas disetujui saja. Akhirnya, kan, sesuai dengan anggapan kebebasan demokrasinya seperti itu sehingga sekarang kita seperti memakan getahnya sendiri," ujar Ass'ad Ali lagi.

"Biasanya, reaksi itu karena adanya aksi. Jadi, semua persoalannya harus dilihat lebih jauh lagi dan cermat," lanjutnya. Ass'ad Ali menambahkan, kalau terjadi aksi kekerasan oleh ormas, tentu juga harus dilihat apakah itu dilakukan ormas ataukah institusinya.

"Karena, setahu saya, di FPI itu masih ada juga yang baik-baik dan antikekerasan. Misalnya, anggota FPI yang putranya orang NU yang namanya Kiai Usman Abdi .... kalau tidak salah ya. Itu, kan, juga baik. Punya madrasah dan tidak melakukan kekerasan itu," demikian Ass'ad Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com