Abang None Pengin Jadi Duta Bajaj Wisata

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan angkutan bajaj di tengah ibukota Jakarta sering kali menjengkelkan para pengemudi motor, mobil, maupun para pejalan kaki karena sikap pengemudinya yang tidak patuh pada lalu lintas. Bagaimana sikap para finalis Abang dan None Jakarta 2010 menanggapi keberadaan bajaj ini?

"Kenapa bajaj nggak jadi alat transportasi untuk para turis saja seperti angkutan sejenis yang ada di Thailand," ungkap None Jakarta Timur, Fiba Fitrisia, Jumat (23/7/2010), Jakarta.

Menurutnya, bajaj merupakan salah satu simbol Jakarta yang sayang jika tidak dimanfaatkan. "Untuk mewujudkannya, maka itu perlu adanya peremajaan armada yang serius dari pemerintah," ungkap Fiba kepada Kompas.com.

Selain peremajaan, ia juga menyatakan perlunya pelatihan khusus bagi para pengemudi bajaj. "Perilaku pengemudi bajaj sering diprotes karena suka melanggar, makanya itu supaya ini serius jadi alat tranportasi yang mendukung pariwisata pengemudi perlu diberi pendidikan lalu lintas lagi," ungkap mahasiswi tingkat akhir Komunikasi Universitas Padjajaran ini.

Dukungan serupa akan keberadaan bajaj juga dilontarkan artis dan juga Abang Kepulauan Seribu, Haykal Kamil. "Saya mendukung bajaj. Soalnya bajaj itu alternatif ke tempat-tempat yang nggak dijangkau sama busway, bus, ataupun kereta," ujar adik artis Zaskia Mecca ini.

Haykal juga menambahkan, angkutan bajaj juga perlu dirubah menjadi kendaraan yang ramah lingkungan. "Kalau bisa peremajaannya, juga harus disertakan dengan menggantinya jadi berbahan bakar gas," usul Haykal.

Namun, Fiba dan Haykal paham dan setuju bahwa untuk mencapai itu semua perlu proses. "Wah apa kita buat proposal ini saja ya? Menarik. Bisa-bisa kita jadi Duta Bajaj," ujar Fiba sambil tertawa yang langsung disambut anggukan dan tawa Haykal.

Adapun, keberadaan bajaj ini memang semakin lama semakin sedikit jumlahnya di Jakarta. Armada yang ada pun kondisinya cukup memprihatinkan. Beberapa waktu lalu para pengemudi bajaj dan bemo melakukan unjuk rasa di depan Balai Kota menuntut janji pemerintah melakukan peremajaan kepada armada mereka.