Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Maen Pukul" hingga Wadah Berbaur

Kompas.com - 26/09/2010, 09:47 WIB

KOMPAS.com — Alunan musik berkumandang dari berbagai sudut Sentra Primer Barat, Kembangan, Jakarta Barat, Sabtu (25/9/2010), berbaur dengan aroma harum kerak telor di udara. Tanah lapang yang biasanya sepi itu kemarin disulap menjadi tempat keriaan, saat ribuan warga Jakarta bergembira merayakan Lebaran Betawi 2010.

Aye mau silaturahim ama babe aye,” kata perwakilan dari wilayah Jakarta Timur saat memberikan hantaran kepada Gubernur Fauzi Bowo.

Hantaran dari semua wilayah di DKI Jakarta, berupa makanan khas setiap wilayah, menjadi simbol tradisi Betawi, yaitu silaturahim dari kaum muda kepada mereka yang dituakan. Setelah itu, giliran Fauzi Bowo yang mendatangi miniatur rumah-rumah adat Betawi yang mewakili setiap wilayah di Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu, dengan kekhasan wilayah masing-masing.

Ada rumah Si Pitung di Marunda yang dibawa khusus ke rumah adat wilayah Jakarta Utara. Ada pula replika perahu-perahu dari Kepulauan Seribu.

Di luar prosesi yang menjadi inti Lebaran ala Betawi itu, warga Jakarta bisa menikmati aneka pertunjukan kesenian dan makanan khas Betawi. Yang pertama ditampilkan adalah peragaan busana adat Betawi dan motif batik Betawi.

Motif batik Betawi, seperti diungkapkan dalam buku Batavia 1740, Menyisir Jejak Betawi, ada lima yang pokok, yaitu pucuk rebung, belah ketupat, kain panjang pagi-sore, Jawa Hokokai, dan buket atau karangan bunga.

Menyusul kemudian pertunjukan pencak silat, salah satu seni bela diri khas Betawi. Anak-anak dan remaja, laki-laki dan perempuan, bergantian memperagakan gerakan-gerakan silat yang lincah.

”Gerakan-gerakan seperti itu dulu dipelajari juga oleh Si Pitung. Kami kini mengembangkan dan mengajarkannya kepada anak-anak,” kata Idris, pengurus di perguruan Cingkrig Kong Hayat, Rawa Belong.

Konon, di tempat itu dulu pahlawan Betawi, Si Pitung, mengenal maen pukul dan memulai perjuangannya melawan kezaliman. Kini, setidaknya 100 orang ikut belajar pencak silat di perguruan itu.

Pembauran

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com