Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPU: Jakarta Tak Mungkin Tenggelam

Kompas.com - 01/10/2010, 18:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski terjadi penurunan tanah hingga 116 cm di sisi utara Kota Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan menghentikan pembangunan fisik di kawasan tersebut. Wacana Jakarta bakal tenggelam tidak akan terjadi asalkan pembangunan di wilayah ini tetap memerhatikan faktor lingkungan.

Wakil Dinas Pekerjaan Umum DKI Putu Indiana mengatakan hal itu dalam menanggapi isu tenggelamnya Kota Jakarta karena penurunan muka tanah akibat berbagai faktor. Ia mengatakan, Pemprov DKI akan melakukan beragam upaya agar Jakarta tidak selalu menjadi langganan banjir dan genangan air. "Tidak akan pernah Jakarta itu tenggelam, kecuali kita tidur semua," ucap Putu dalam jumpa pers mengenai penurunan tanah di Jakarta, Jumat (1/10/2010).

Putu menambahkan, untuk menanggulangi terjadinya genangan air akibat intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini, pihaknya akan menormalisasi saluran-saluran drainase untuk melancarkan aliran air ke sungai. Adapun untuk mengatasi sejumlah sungai yang lebih rendah dari muara, dilakukan upaya penyedotan air dengan pompa seperti di Waduk Pluit, Jakarta Utara.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan, penurunan muka tanah di Jakarta antara lain disebabkan oleh pengambilan air tanah dalam. Untuk membatasi penyedotan air tanah di Jakarta, pihaknya bekerja sama dengan PD PAM Jaya akan melaksanakan program zero deep well di sejumlah wilayah Ibu Kota.

Melalui program ini, PD PAM Jaya beserta dua rekanannya, yakni PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta, akan menyediakan sumber air baku untuk melayani perusahaan-perusahaan yang selama ini menggunakan air dari sumur bor.

Selama dua tahun terakhir, aktivitas pengambilan air tanah di Jakarta mengalami penurunan. Berdasarkan data BPLHD, konsumsi air tanah melalui sumur bor dan sumur pantek pada 2008 mencapai 21,88 juta meter kubik. Jumlah ini menurun menjadi 18,16 juta meter kubik pada 2009 dan merosot lagi pada 2010 menjadi 8,58 juta meter kubik.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com