Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengaruh Napoleon di Pura Mangkunegara

Kompas.com - 04/10/2010, 02:42 WIB

Iwan Santosa dan Sri Rejeki

Mbok Rudati (45), bakul nasi pecel, mengemasi piring dan perkakas warung di halaman Pura Mangkunegara, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (6/8) petang. Dia bersiap pulang ke rumahnya di belakang Gedung Kavallerie-Artillerie, bekas tangsi Legiun Mangkunegara, pasukan Nusantara pertama yang mengadopsi militer modern dari Grande Armee pimpinan Napoleon Bonaparte.

”Saya tidak tahu kalau masih ada bekas anggota legiun. Tetangga saya kebanyakan orang baru. Soal peninggalan Perancis ataupun Legiun Mangkunegara dalem, mboten ngertos (saya tidak tahu),” kata Rudati.

Rudati mengatakan, Gedung Kavallerie-Artillerie yang terbengkalai itu dikenal angker karena pernah menjadi markas besar Legiun Mangkunegara.

Tidak banyak yang mengetahui nilai penting Gedung Kavallerie-Artillerie dan Legiun Mangkunegara dalam perjalanan sejarah Nusantara. Iffah Anggraeni, pemandu wisata di Pura Mangkunegara, mengaku, tidak ada artifak dari Legiun Mangkunegara yang dipamerkan di museum ataupun di Gedung Kavallerie-Artillerie.

”Kabarnya, Pemerintah Kota Solo mau membantu konservasi dan revitalisasi gedung bekas Legiun Mangkunegara. Entah kenapa sampai sekarang belum terwujud,” kata Iffah yang fasih berbahasa Inggris dan Jerman.

Gedung Kavallerie-Artillerie bertarikh 1874, yang berdiri megah di pojok Pura Mangkunegara, adalah saksi kemampuan beradaptasi para pemimpin Nusantara terhadap perkembangan zaman pada abad ke-19. Adalah Mangkunegara II, penerus Mangkunegara I—Pangeran Samber Nyawa—yang mendapat ilham membentuk pasukan modern ala Grande Armee yang saat itu menguasai daratan Eropa.

Keputusan itu tidak salah, mengingat Marschalk Herman Willem Daendels, sang pembangun Jalan Raya Pos, menjadi wakil Napoleon Bonaparte di Jawa dan Hindia Timur (Nusantara). Seiring dengan kedatangan Daendels, dibentuklah Legiun Mangkunegara sebagai pasukan termodern di Nusantara.

Legiun Mangkunegara mengadopsi militer Perancis secara fisik, persenjataan, taktik dan organisasi. Para prajurit infanteri disebut sebagai Fusilier atau disingkat Fusi. ”Itu merupakan sebutan prajurit infanteri dalam terminologi militer Perancis,” kata Kolonel (Purn) Jean Rocher, penulis roman sejarah militer asal Perancis yang pernah bertugas di Indonesia medio tahun 1990-an.

Para Fusilier hingga perwiranya pun dengan bangga menyebut diri sebagai Legionnaire atau anggota Legion, istilah yang sama belakangan digunakan Legiun Asing Perancis (Legion d’Etrangere) yang mungkin dikenal di Indonesia lewat film Legionnaire yang dibintangi Jean Claude van Damme.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com