Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sangkamadeha Pohon Kehidupan Orang Batak

Kompas.com - 06/10/2010, 01:54 WIB

Kepada Raja dan "namora" disebut akar dari hukum dan kehidupan.

"Raja urat ni uhum, namora urat ni hosa", jelas Monang.

Bila ada orang yang memiliki banyak harta, tapi tega membiarkan manusia di sekitarnya kelaparan, dia tidak dapat disebut "namora", tapi "paradongan" atau "pararta.

Jika seseorang bermohon kepada Yang maha Kuasa "hamoraon", jabarannya adalah harta benda, berikut hati yang iklas untuk mau dan mampu melakukan pertolongan kepada sesama manusia.

Monang menyebutkan, ada yang membedakan "hau sangkamadeha" dengan hau parjuragatan dan hau sundung di langit.

Menurut penjelasan beberapa orang tua dan pandai mengukir (gorga), bahwa penggambarannya adalah satu, tapi penjelasannya beragam.

Banyak yang memitoskan sebutan itu seperti pohon yang tumbuh di alam penciptaan, sehingga banyak yang tidak memahami pemaknaan beberapa perkataan itu dalam satu penggambaran.

Pada rumah "gorga" lama, gambaran "hau sangkamadeha" ini selalu dilukiskan dalam dinding samping agak di depan. Dalam penggambarannya kadang ada yang menyertakan gambar burung dan ular membelit.

Kayu yang berbuah selalu dihinggapi burung pemakan buah. Ular pun datang ke pohon itu, untuk memangsa burung (marjuragat). Semua mahluk berhak hidup, seperti manusia diberi hidup, menjadi bagian dari ekosistem.

Namun, dari semua mahluk yang "marjuragat" dalam pohon hidup, hanya manusia yang memahami "sundung di langit".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com