Pertambahan penduduk berdampak pada limbah yang dibuang, pertambahan jumlah bangunan rumah dan tempat usaha, serta penyedotan air tanah besar-besaran. Salah satu dampak yang paling mudah terlihat adalah banjir yang kian parah. Padahal, air yang melimpah saat hujan bisa diolah.
Selain itu, dosen Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mencatat sejumlah 70 persen air masih dibuang ke selokan, belum diolah maksimal. Padahal, kota yang baik seharusnya bisa mengolah air limbah sebelum dibuang ke saluran air atau laut.
Walaupun sudah ada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta, acuan itu agaknya sulit digunakan. Yayat melihat RTRW saat ini cocok untuk 20 tahun yang lalu. Padahal dibutuhkan terobosan yang cukup berani untuk menata Jakarta.
Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang Ahmad Hariadi mengakui draf RTRW 2010-2030 belum dibuat maksimal. Karena itu, masukan dari warga masih dibutuhkan.