Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seandainya Saya Gubernur DKI

Kompas.com - 05/11/2010, 07:54 WIB

Oleh Rizal Ramli

KOMPAS.com — Saya berandai-andai menjadi Gubernur DKI Jakarta karena geregetan melihat kemacetan yang luar biasa dan banjir tidak terkendali di DKI. Sudah tentu saya sebelumnya mohon maaf kepada sahabat saya, Gubernur Fauzi Bowo, orang baik dengan tanggung jawab yang sangat kompleks.

Saya terpaksa berandai-andai karena kelihatannya tidak ada solusi dan harapan untuk menyelesaikan masalah kemacetan dan banjir. Bangsa yang tidak memiliki harapan adalah bangsa yang mandek, tidak memiliki kreativitas, dan akhirnya terperosok menjadi bangsa yang terus-menerus bermasalah.

Saya sendiri bukan ahli tata kota, tetapi sulit membayangkan bahwa hanya dengan memindahkan Ibu Kota, masalah kemacetan dan kesemrawutan Jakarta akan berkurang.

Sekitar 20 persen lalu lintas kendaraan dari dan ke Jakarta terkait dengan kegiatan Pelabuhan Tanjung Priok. Adalah lebih bermanfaat untuk memindahkan kegiatan pelabuhan utama Republik Indonesia itu ke lokasi di Provinsi Banten sehingga tekanan kemacetan lalu lintas di Jakarta berkurang. Realokasi kegiatan pelabuhan tersebut juga akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya bongkar muat barang.

Dengan total penduduk Jabotabek sebanyak 28 juta, kebutuhan terhadap transportasi publik yang memadai harus menjadi prioritas utama. Bukan sesuatu hal yang terlalu sulit untuk melakukan restrukturisasi finansial dan penyelesaian proyek monorel secepat mungkin. Program pembangunan jaringan subway, di atas atau di bawah tanah, tidak hanya ke pusat kota, tetapi juga di lingkar-lingkar luar kota harus dipercepat dan diperluas lebih agresif. Bayangkan jumlah pekerjaan yang dapat diciptakan, langsung ataupun tidak langsung.

Untuk memacu birokrasi, Bang Ali Sadikin pernah bercerita bahwa dia selalu memotong anggaran yang diajukan 30-50 persen dan mempercepat penyelesaian proyek-proyek setengah dari waktu yang direncanakan oleh birokrat bawahannya. Dan ternyata bisa tuh...!

Kondisi keuangan DKI zaman Gubernur Ali Sadikin tahun 1970-an sangat minim, tetapi fasilitas dan infrastruktur publik yang dibangun sangat banyak dan beragam. Saat ini DKI sangat kaya, tetapi fasilitas dan infrastruktur publik yang dibangun sangat minim.

Transportasi publik Pada tingkat nasional, prioritas pembangunan transportasi harus lebih mengutamakan jaringan transportasi publik, bukan hanya untuk transportasi pribadi. China saat ini memiliki jaringan rel kereta api total 86.000 kilometer dan akan bertambah menjadi 110.000 kilometer, termasuk 16.000 kilometer jalur kereta api berkecepatan tinggi.

India memiliki jaringan rel kereta api total 63.000 kilometer. Kedua negara tersebut memberikan prioritas utama pada jaringan rel karena kereta api merupakan sarana transportasi rakyat dan barang yang paling murah.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com