Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napas Baru Pariwisata Cirebon

Kompas.com - 13/12/2010, 06:58 WIB

Nama Abas melejit ketika topeng hasil karyanya menjadi bagian dari Festival Topeng Nusantara. Seniman topeng itu kini dikenal di kalangan seniman Nusantara. Sanggarnya, yakni Sanggar Pitulas, kini panen order setelah berhasil mengajak 500 anak untuk membuat 5.000-an topeng menembus rekor Nusantara. Kini banyak lembaga ingin menggandengnya dalam membuat kreasi topeng atau sekadar memeriahkan pameran mereka.

Sabtu lalu, Abas pun berkesempatan mengisi ruang pamer di Festival Cirebon 2010 di Lapangan Kebumen. Kali ini Abas berharap, garapan topengnya yang berupa topeng untuk tari, cendera mata, hingga hiasan lampu akan dilihat banyak pengunjung. Harapannya tentu saja topengnya bisa diapresiasi dan juga menghasilkan uang.

Acara seperti pergelaran budaya atau festival tidak hanya menguntungkan Abas, tetapi juga seniman lain yang terlibat langsung. Aerly Rasinah, penari topeng Indramayu, pun langsung mendapatkan peran panggungnya ketika ada penyelenggaraan Festival Topeng Nusantara, Oktober lalu. Sebelum manggung di festival itu, ia juga pentas dalam acara Temu Waris Maestro Topeng Cirebon yang digelar di halaman Gedung Kesenian Cirebon di kompleks Bima, Kota Cirebon. Maraknya festival dan pertunjukan tari di Cirebon membuat pewaris Rasinah itu kian kebanjiran order.

Berkah

Kedatangan wisatawan ke Cirebon dalam rangka menghadiri festival atau pergelaran budaya juga membawa berkah tersendiri bagi bisnis restoran dan hotel. Para pedagang nasi jamblang atau empal gentong yang menjadi makanan khas Cirebon pun menikmati hasil karena dagangan mereka laris manis. Bahkan, pada Festival Topeng Nusantara itu, hampir semua hotel bintang hingga kelas melati pun penuh.

Rezeki juga mengalir ke perajin batik di Trusmi dan Kanoman. Setahun ini, Etty (24), perajin batik di Trusmi Kulon, mengaku kebanjiran order batik tulis.

Biasanya Trusmi hanya ramai dikunjungi usai Lebaran dan libur sekolah. Namun, kini pada hari-hari tertentu, terutama saat ada kemeriahan di Cirebon, kampung itu ramai dikunjungi wisatawan.

Dari sisi pengunjung, festival budaya juga memiliki daya tarik tersendiri. Karno (35), pengunjung dari Jakarta, mengaku baru sekali ini bisa menyaksikan pertunjukan sintren setelah berkali-kali datang ke Cirebon. Pertunjukan yang ia saksikan pada rangkaian acara Festival Onthel Nusantara pekan lalu, menurutnya, sangat langka. ”Dulu sewaktu masih berumur delapan tahun, saya lihat sintren hanya di TVRI. Sekarang saya malah bisa lihat sendiri,” katanya saat menyaksikan Pergelaran Kesenian Ciayumajakuning di Gedung Negara pekan lalu.

Karno bisa dibilang beruntung karena selama ini sintren memang jarang sekali ditampilkan lagi di masyarakat. Ia hanya tampil ketika ada acara khusus. Festival dalam hal ini gelar budaya menjadi ajang panggung bagi kesenian-kesenian yang sudah jarang lagi dipanggungkan.

Dengan sentuhan kemeriahan, kini tak hanya potensi wisata yang tergali, tapi eksistensi kesenian tradisional pun terpelihara. (Siwi Yunita C)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com