Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Peradaban Kampung Tua

Kompas.com - 16/12/2010, 07:19 WIB

Begitu masuk kompleks makam, terlihat beberapa peti batu berukir kepala manusia. Peti batu itu tidak tertanam di dalam tanah, tetapi berada di atas permukaan tanah. Di dalam peti itulah raja-raja keturunan Sidabutar dimakamkan.

Dari Tomok, kami melanjutkan perjalanan menuju  Desa Simanindo. Di desa itu terdapat kompleks perkampungan tua Huta Bolon Simanindo. Dalam bahasa Batak, huta bolon berarti "kampung besar". Perkampungan yang berada di tepi Danau Toba ini dibangun oleh Raja Simanindo.

Untuk menuju Huta Bolon Simanindo harus menempuh jarak sekitar 20 kilometer dari Tomok. Perjalanan ke Simanindo melewati tepian Danau Toba yang indah. Kawasan perbukitan dengan hutan yang mulai gundul di sana-sini menjadi pemandangan di sepanjang perjalanan.

Sejarah kelam

Tidak berapa lama sampailah di perkampungan tua Huta Bolon Simanindo. Gapura sebagai penanda nama perkampungan itu catnya sudah kusam. Beberapa makam berbentuk rumah milik keluarga Raja Simanindo berderet di pinggir jalan.

Bentuk perkampungan Huta Bolon Simanindo berbeda dengan perkampungan Tomok yang sekelilingnya dibatasi  pagar batu. Untuk menahan serangan musuh, Raja Simanindo membangun dinding tanah dengan rumpun hutan bambu yang ditanam rapat di atas dinding tersebut.

Hanya ada dua pintu gerbang untuk keluar-masuk perkampungan itu. Menurut Onsan Naibaho, penjaga museum, dulu penjaga di pintu gerbang itu bersenjatakan tombak beracun.

Di dalam perkampungan tadi ada dua deret rumah yang dibangun  berhadap-hadapan. Satu deret merupakan rumah raja dan keluarganya, sementara deretan rumah yang lainnya adalah lumbung, rumah pengawal, dan ruang keluarga raja.

Di bagian tengah tertancap kayu tonggak untuk mengikat kerbau yang dipakai dalam ritual persembahan. Menurut Naibaho, dulu ketika turis masih banyak berkunjung ke Danau Toba, di Huta Bolon Simanindo sering digelar seni tradisional, seperti tarian sigale-gale dan tor-tor tunggal panaluan. Pertunjukan itu merupakan rekonstruksi ritual yang diadakan masyarakat Batak Toba kuno.

Pada papan pengumuman di depan museum tertulis pertunjukan diadakan setiap hari, yaitu pada pukul 10.30-11.45 dan pukul 11.45-12.10. Namun, sekarang, karena turis masih sepi, pertunjukan lebih banyak diadakan berdasarkan pesanan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com