Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Arus Ide Kreatif

Kompas.com - 26/02/2011, 04:31 WIB

Jakarta, Kompas - Sistem lawan arus merupakan langkah kreatif untuk kelancaran perjalanan bus transjakarta. Akan tetapi, ahli transportasi Ellen SW Tangkudung, Jumat (25/2), mengingatkan penerapan sistem ini tidak bisa instan karena harus berdasarkan kajian ilmiah.

”Sistem contraflow atau lawan arus adalah ide kreatif yang memang dibutuhkan sebagai solusi cepat guna mengatasi masalah transportasi di Jakarta yang makin parah. Namun, jika diterapkan secara instan, bisa-bisa hanya akan menimbulkan kekacauan,” kata Ellen, Kepala Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Sistem lawan arus kembali mengemuka setelah terjadi kecelakaan yang melibatkan bus transjakarta dan berakibat tewasnya bocah usia 9 tahun di Mampang, awal Februari lalu.

Sebelumnya, pada awal 2008 sistem lawan arus pernah mengemuka dan diusulkan untuk mengatasi maraknya penyerobotan kendaraan lain di jalur bus transjakarta. Akan tetapi, usul ini kemudian ditangguhkan dengan alasan ketidaksiapan sarana dan prasarana serta budaya tertib lalu lintas masyarakat yang memang masih sangat kurang.

Ellen menegaskan, jangan sampai ide lawan arus kembali meredup setelah isu tentang kerawanan kecelakaan kembali mendingin.

Kajian atau penelitian diperlukan sebelum sistem lawan arus ini diaplikasikan. Misalnya, penentuan koridor mana yang bisa diterapkan sistem lawan arus. Selain itu, juga untuk menentukan kebutuhan tambahan sarana prasarana, seperti rambu dan marka jalan serta penambahan petugas pengatur lalu lintas.

Koridor VIII Lebak BulusHarmoni, misalnya, mungkin sulit diterapkan sistem lawan arus. Pasalnya, ada beberapa bagian jalur bus transjakarta yang harus dipakai bersama dengan kendaraan lain, di antaranya jalur yang melintasi terowongan di Arteri Pondok Indah.

Koridor 1 Blok M-Kota yang relatif sudah steril dari kendaraan lain mungkin tidak perlu diterapkan sistem lawan arus.

Di kawasan Senen perpotongan jalur bus transjakarta dan jalan reguler ada di terowongan. Pasalnya, jalan tersebut hanya ada dua jalur dan tidak diikuti dengan pembatas jalan sehingga jalur yang dilewati bus transjakarta masih bisa dipakai kendaraan lain. Hal serupa terjadi di hampir seluruh terowongan dan jalan layang di Jakarta yang sudah dilewati bus transjakarta.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, kajian contraflow akan dimulai Maret ini dan dilakukan di ke-10 koridor. Namun, nantinya belum tentu dijalankan di seluruh koridor. ”Bahkan, belum tentu juga dipakai karena contraflow akan menjadi langkah paling akhir untuk mengurangi penyerobotan jalur busway,” kata Pristono. (NEL/ART/ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com