Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seni Stensil: Menyaksikan Ironi Kota

Kompas.com - 14/03/2011, 10:03 WIB

Dalam karyanya ditampilkan dua remaja laki-laki dan perempuan yang menengadahkan kepalanya ke atas. Untuk memperkuat pesannya, dituliskan ”Please God, Please Love Me” pada latar kanvas yang digunakan sebagai media seninya.

Kritik perkotaan

Menurut salah seorang kurator pameran itu, Ari Wijaya, seni stensil memiliki hubungan erat dengan kehidupan kota. Sebagai seni, dia lahir sebagai seni jalanan untuk mengkritik kehidupan di perkotaan barat.

Di Inggris, misalnya, seni stensil banyak tampil di lorong-lorong kereta bawah tanah dan juga pada sejumlah bangunan bekas industri. Gambar yang ditampilkan kerap berulang pada sejumlah ruang karena selayaknya stensil, gambar-gambar itu dibuat dengan cetakan.

Dari segi media, seni stensil menjadi jembatan seni jalanan dengan seni mural dan seni grafiti. Seni itu dapat tampil dengan menggunakan bahan yang terbatas, tak seperti mural yang harus menggunakan biaya besar untuk membeli cat dalam jumlah banyak.

Bahan yang digunakan juga tak terbatas pada kertas pola gambar untuk mengecat suatu gambar, tapi bisa juga menggunakan gambar-gambar yang ada di majalah, komik, atau apa pun, untuk ditempel di dinding dan diberi tambahan gambar dan pesan lainnya. Karena audiensnya juga pengguna jalan, seni stensil pun tampil dalam kesederhanaan visual dengan dukungan tulisan sebagai penguat pesan.

Menurut Ari, seni stensil berusaha merebut ruang jalan yang secara tak disadari sebagai arena pertarungan antar-kepentingan, baik lewat iklan pada baliho-baliho di pinggir jalan maupun aturan rambu-rambu lalu lintas.

Frigidanto Agung yang ikut ambil bagian sebagai kurator pada pameran itu juga menyampaikan, kehadiran seni dalam kota urban dengan lingkungan budaya yang kompleks juga menjadi media provokasi untuk membangun kesadaran warga kota akan lingkungannya dan merenungkan kembali masalah di kotanya. (Madina Nusrat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com