Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waktu Bergerak Mobil Hanya 40 Persen!

Kompas.com - 23/03/2011, 14:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Akibat kemacetan yang terjadi di beberapa wilayah di Jakarta, efisiensi pergerakan warga di Ibu Kota pun menurun. Sejumlah kendaraan mandek di sejumlah lokasi, kecepatan di jalan juga turun menjadi 25 persen dari 26 km/jam menjadi 20 km/jam. Alhasil, waktu bergerak kendaraan di Jakarta hanya mencapai 40 persen.

Hal tersebut diungkapkan perwakilan Dinas Tata Ruang DKI, Monggur Siahaan, Rabu (23/3/2011) di Jakarta. Menurut dia, sejumlah faktor menjadi penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, pertumbuhan populasi yang meningkat di Jakarta. Kedua, peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai dampak dari rendahnya kualitas pelayanan angkutan umum. Saat ini setiap hari kendaraan baru bertambah 1.127 unit yang terdiri 236 mobil dan 891 motor dengan pertumbuhan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai 9 persen.

”Tingkat pelayanan kendaraan umum membuat masyarakat menjadi malas memakai kendaraan umum dan tetap menggunakan kendaraan pribadi,” ucap Monggur.

Karena itu, menurut dia, perlu adanya standar pelayanan minimal (SPM) angkutan umum, penataan, dan evaluasi trayek angkutan umum agar lebih efisien. Masalah lain yang turut memberikan konstribusi pada kemacetan Jakarta adalah kurang sinkronnya rencana tata ruang DKI dengan wilayah sekitar Bodetabek.

”Tinginya jumlah commuter dari wilayah sekitar juga turut membebani kebutuhan ruang Jakarta,” tuturnya.

Dengan demikian, Monggur menilai perlunya sistem pemberian insentif dalam rangka mendorong pengembangan superdevelopment, khususnya pada lokasi-lokasi yang diarahkan dalam rencana tata ruang, mengingat semakin terbatasnya ruang.

”Salah satu yang akan dikembangkan adalah sistem TOD,” ucap Monggur.

Transit oriented development (TOD)  merupakan konsep pembangunan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang guna mengakomodasi pertumbuhan baru dengan memperkuat lingkungan tempat tinggal dan optimalisasi jaringan antarberbagai aktivitas. TOD akan meminimalisasi mobilisasi warga karena dalam kawasan TOD sudah mencakup fungsi komersial, residensial, dan perkantoran. Konsep TOD yang akan dikembangkan adalah di kawasan Kampung Bandan dan Dukuh Atas.

Pengamat transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ofyar Z Tamin, mengatakan, permasalahan kemacetan memang salah satunya disebabkan pertumbuhan pusat-pusat kegiatan baru di jalan-jalan arteri, dan perubahan tata guna lahan yang tidak memperhatikan daya dukung transportasi. Penyebab lainnya yakni kondisi pelayanan angkutan umum konvensional yang buruk sehingga pengguna angkutan umum pindah menggunakan motor.

”Dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, membuat kemacetan semakin parah. Untuk itu harus ada perbaikan moda angkutan umum sehingga masyarakat bisa beralih. Solusi mengatasi masalah kemacetan yakni dengan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi,” kata Ofyar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com