Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anand Dipindahkan karena Membaik

Kompas.com - 28/03/2011, 19:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak RS Polri Sukanto membantah adanya alasan lain di balik pemindahan ruang perawatan Anand Krishna. Satu-satunya alasan pemindahan tersebut, menurut RS Polri, adalah karena kondisi Anand membaik.

"Pak Anand dipindahkan dari (unit) ICU karena kondisinya sudah membaik. Enggak ada alasan lain," kata Kombespol Mas Ibnu Hadjar, Kabid Pelayanan Kedokteran Kepolisian RS Sukanto, Jakarta, Senin ( 28/3/2011 ).

Ia membantah keras alasan pengamanan dan penutupan informasi di balik pemindahan ruang perawatan Anand Krishna sejak Kamis (24/3/2011) lalu. "ICU kan khusus untuk pasien darurat dan butuh perawatan intensif 24 jam. Karena kondisinya (Anand) sudah mulai pulih ia dipindahkan ke ruangan perawatan umum," kata Ibnu yang ditemui di ruang kerjanya.


Pernyataan Ibnu dibenarkan oleh Prashant Gangtani, putra Anand Krishna. Melalui pesan singkat, ia mengatakan kondisi ayahnya membaik meskipun masih lemas karena tetap meneruskan aksi mogok makan.

Sebelumnya, Anand Krishna, guru spiritual yang menjadi tersangka kasus pelecehan seksual, selama 6 hari (19-24 Maret) dirawat di ruang isolasi ICU RS Polri Rd Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur. Ia kemudian dipindahkan ke Ruang Cenderawasih III no 7 sejak pukul 14.00 tanggal 24 Maret lalu.

Pihak RS Polri terkesan menutup informasi seputar pemindahan tersebut. Sesuai pengalaman Kompas.com, pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab atas pemberian informasi pasien menolak memberikan informasi yang benar.

Petugas administrasi ICU mengaku tidak tahu kalau Anand Krishna telah dipindahkan dari ruang tersebut. Mereka mengusulkan untuk meminta informasi dari petugas lantai tiga yang merawat Anand sebelumnya. Saat dimintai konfirmasi, tiga staf wanita di lantai tiga berkilah tidak pernah merawat pasien bernama Anand Krishna di ruang tersebut.

Keterkejutan terlihat jelas saat Kompas.com mengaku berada di ruang tersebut saat Adnan Buyung Nasution membesuk Anand Krishna pada 24 Maret lalu. Dua staf perawat segera meninggalkan tempat tersebut, sementara perawat lain menjelaskan, pihak ruangan tidak tahu ke mana persisnya Anand Krishna dipindahkan. Ia menambahkan, bagian informasi RS Polri sebagai pihak yang berwewenang memberikan data ruangan pasien.

Adi Irawan, salah seorang petugas Informasi yang ditemui, kemudian mengatakan, tidak ada pasien RS Polri bernama Anand Krishna. Sewaktu diminta untuk mengecek daftar pasien di Ruang Cenderawasih, sesuai informasi dari putra Anand Krishna, Adi tetap mengatakan tidak ada. Ia bersikeras semua pasien pasti terdaftar di ruang informasi. Adi kemudian menganjurkan untuk meminta konfirmasi dari Bagian Tata Usaha Urusan Dalam (TAUD).

"Kami tidak tahu dan tidak berwewenang atas hal itu," kata salah seorang staf seraya menganjurkan untuk meminanyakan ke bagian informasi. Staf Bagian Humas yang ditemui juga memberikan respon senada. Jawaban yang lebih aneh diperoleh dari seorang staf RS Polri. "Mungkin di sini (RS Polri RS Sukanto) setiap ruangan dan bagian punya prosedur sendiri. Kami tidak tahu persis," katanya tanpa mau menyebutkan nama dan posisinya.

Kombespol Ibnu Hadjar menolak jika ada prosedur khusus untuk pasien yang dirujuk pihak kepolisian. "Seharusnya (data) pasien Dokpol ada juga di bagian informasi dan administrasi RS. Karena semuanya melalui prosedur biasa seperti pasien lainnya," jelas Ibnu.

Ketertutupan informasi yang terkesan disengaja ini menimbulkan dugaan keberadaan Anand Krishna memang sengaja ditutup. Apalagi, pihak keluarga dan kuasa hukum yang dihubungi mengaku pemindahan ruang perawatan Anand atas permintaan pihak rumah sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com