Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasir Putih, Ikan, Bulu Ayam di Riung

Kompas.com - 19/05/2011, 08:32 WIB

Untungnya salah seorang dari kami membawa pasta gigi, untuk saya oleskan di snorkel, dan saya bisa kembali lagi masuk ke air melihat keindahan riung. Ikan-ikan berukuran kecil dengan berbagai warnanya, terlihat bermain-main diatas terumbu karang. Beberapa kali juga saya melihat anemon-anemon serta bintang laut berwarna biru menempel di karang. Ingin lebih lama menyelam, tetapi waktu kami terbatas. Sehingga kami langsung berangkat lagi ke pemberhentian terakhir kami, Pulau Rutong.

Pantai dengan hamparan pasir putih yang berkilauan, serta tidak ada orang lain selain kami, inilah yang saya tunggu-tunggu di perjalanan ini. Laut berwarna toska, dan terdapat bintang laut terpapar di sepanjang pantai, membuat saya tidak tahan untuk menjelajah pulau ini hingga ke gundukan pasir dan beberapa burung camar terbang ketika saya mendekati mereka. Dua jam disini terasa kurang untuk sekedar berendam dan bermain-main dengan ikan kecil yang langsung datang ketika saya membawa sisa-sisa makanan ke dekat mereka.

Ikan bakar ala Robinson Crusoe

Makan siang kami ternyata benar di masak dengan cara tradisional. Dengan mengumpulkan kayu-kayu kering seadanya, kami membuat tumpukan yang nantinya menjadi tempat untuk memanggang ikan. Tanpa bumbu apapun, ikan dibersihkan di laut, dan di panggang diatas bara api sisa-sisa batok kelapa yang menjadi arang. Mengutip dari teman ayah saya, kami seperti sedang terdampar di pulau, layaknya Robinson Crusoe. Makan siang ikan segar baru ditangkap, dan langsung memanggangnya dengan modal ranting kayu tanpa bumbu apapun.

Sambil menunggu ikan matang, datang dua orang nelayan yang juga membawa tangkapan mereka, dan ikut membakar di tungku buatan kami. Mengobrol tentang banyak hal, mereka sedikit bercerita kalau menjadi nelayan, belum tentu setiap saat mendapat tangkapan, dan sangat tergantung keadaan alam. Tetapi yang sedikit menyedihkan adalah, tangkapan mereka dinilai tidak terlalu tinggi, sangat jauh bila saya bandingkan dengan harga ikan di kota Flores, apalagi di Jakarta.

Nelayan itu juga bercerita, sebetulnya banyak lobster terdapat di Riung. Tetapi penangkapan lobster sudah dilarang, dan sering dilakukan patroli oleh polisi laut di taman wisata ini. Setidaknya ini adalah hal bagus jika patroli laut benar dilakukan rutin disana, untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan terumbu atau eksplotasi berlebih dari taman wisata ini.

Setelah cukup lama berendam dengan ikan-ikan kecil dan merasa kulit mulai terbakar, kami kembali menaiki kapal kayu, dan pulang menuju dermaga. Tidak terasa langit mulai berwarna oranye, dan masih ada ratusan kilometer lagi yang harus kami tempuh untuk mengejar kapal penyebrangan esok hari menuju Sumbawa. Sambil meyusuri jalan pulang menuju penginapan, sempat terpikir seandainya kami tidak diburu waktu, satu malam lagi tanpa listrik tidak jadi soal, melihat masih banyaknya keindahan Riung 17 Pulau yang belum kami jamahi. (Hasna Afifah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com