Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perayaan di Museum Kebangkitan Nasional

Kompas.com - 20/05/2011, 15:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rangka perayaan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei, Museum Kebangkitan Nasional dipadati oleh para siswa maupun masyarakat sekitar. Beberapa pengunjung memang khusus diundang untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

"Dalam rangka perayaan Kebangkitan Nasional, kami mengadakan lomba musik tradisional angkung tingkat SD. Paginya kami adakan upacara yang pesertanya mencapai 400 orang dari SD sampai SMA, lalu masyarakat umum juga ikut upacara, instansi terkait, dan Dewan Harian Angkatan 45," tutur Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Edy Suwardi kepada Kompas.com saat ditemui selepas upacara Kebangkitan Nasional, di Museum Kebangkitan Nasional, Jumat (20/5/2011).

Sebagai wujud ikut memperingati Hari Kebangkitan Nasional, tidak ada salahnya Anda mampir ke Museum Kebangkitan Nasional yang terletak di Jl Abdul Rachman Saleh 26, Senen, Jakarta Pusat. Apalagi saat ini pihak museum mengadakam pameran temporer mengenai Syarikat Islam.

"Pameran ini berlangsung dari tanggal 20 sampai 26 Mei 2011. Pameran tentang sejarah pergerakan Syarikat Islam dalam mencapai kemerdekaan. Nanti tanggal 8 Juni, masih dalam rangka Kebangkitan Nasional, kami akan mengadakan seminar nasional mengenai Kebangkitan Nasional. Pembicaranya dari berbagai pakar dan multi-disiplin ilmu," jelas Edy.

Ia menuturkan, Museum Kebangkitan Nasional berfungsi sebagai edutainment, yaitu pendidikan untuk rekreasi. Jadi, lanjutnya, belajar di museum akan berbeda dengan pendidikan formal maupun tempat rekreasi. Karena menurut Edy, museum berada di tengah kedua hal ini, ada unsur mendidik maupun kesenangan. Namun sayang, kunjungan ke Museum Kebangkitan Nasional masih relatif sedikit.

"Kunjungan rata-rata per bulan 500-600 orang. Tahun 2010 sekitar 15 ribu orang. Ini masih sedikit dibanding museum lain. Kita museum sejarah soalnya. Padahal tidak tok sejarah saja. Tapi ada yang menunjang sisi sejarah itu, misalnya ada tentang kedokterannya. Jadi bukan sekadar museum sejarah perjuangan saja," katanya. Museum Kebangkitan Nasional memang kental dengan ilmu kedokteran.

Bangunan ini pada tahun 1902 merupakan gedung STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Arsten) atau sekolah kedokteran untuk orang-orang bumiputera yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tak heran, beberapa koleksi di museum tersebut adalah benda-benda peninggalan ilmu kedokteran pada masa kejayaan STOVIA.

Sayang, berdasarkan pantauan Kompas.com beberapa ruangan masih terlihat kosong dan penataan yang minim. Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata berencana akan melakukan revitalisasi pada museum tersebut.

"Kita mau kembangkan. Dana revitalisasi sebesar 3 miliar untuk tata pameran dan interaktif. Ada 6 ruangan yang akan ditata. Di ruangan pengenalan akan dibuat lebih interaktif," kata Edy. Menurut Edy, pengunjung ke Museum Kebangkitan Nasional sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa. Namun ada pula masyarakat umum dan wisatawan asing.

"Wisatawan asing kebanyakan dari Belanda. STOVIA sejarahnya yang menyelenggarakan adalah pemerintah Hindia Belanda. Jadi turis yang datang kalau dulu lebih ke nostalgia. Tapi kalau sekarang mereka lebih lihat bahwa mereka ada peranan dengan gedung ini karena ini gedung peninggalan kolonial Belanda," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com