Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3.300 Penyandang Cacat Belum Mandiri

Kompas.com - 30/05/2011, 19:51 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Lima tahun pascagempa bumi di Yogyakarta masih terdapat sekitar 3.300 penyandang cacat korban gempa yang belum mandiri secara ekonomi. Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Pundong juga baru bisa menampung 300 penyandang cacat atau difabel setiap tahunnya.

Total jumlah difabel setelah gempa bumi mencapai 7.169 orang dan berangsur-angsur mereka pulih dan tinggal tersisa sekitar 3.300 difabel. "Jumlah ini memang masih banyak dan tak sebanding dengan daya tampung Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Pundong," kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bantul Mahmudi, Senin (30/5/2011) di Yogyakarta.

Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Pundong di Kecamatan Pundong dibuka sejak 2009 dan baru mulai aktif sekitar tahun 2010. Sampai saat ini tempat pelatihan ini telah meluluskan dua angkatan penyandang cacat dari seluruh DIY yang berjumlah 600 orang.

Setiap tahun tempat ini bisa menampung sekitar 300 penyandang cacat. Mereka mendapatkan tujuh jenis kegiatan pelatihan. "Pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan keahlian dan potensi mereka," kata Mahmudi.

Dalam pelatihan, Dinas Sosial Kabupaten Bantul dan Dinas Sosial Provinsi DIY bekerja sama dengan donatur, lembaga swadaya masyarakat, serta beberapa yayasan. Setelah mengikuti pelatihan, para penyandang cacat mendapat bantuan peralatan usaha dan modal sekadarnya.

Bunga tinggi  

Sementara itu, para penyandang cacat yang membuka usaha mandiri justru mengalami kesulitan dalam hal permodalan usaha. Manajer Yayasan Penyandang Cacat Mandiri Tarjono Slamet mengungkapkan, untuk menyiasati minimnya modal, para konsumen pemesan diminta memberikan uang muka sebesar 50 persen.

"Uang muka itu kami gunakan untuk menutup biaya produksi. Modal kami sekarang hanya kepercayaan konsumen," ujar difabel yang pernah menjalani pelatihan di Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Yakkum ini.

Menurut Slamet, sebenarnya banyak bank yang menawarkan pinjaman modal. Namun, bunga pinjaman yang ditawarkan bank terlampau tinggi. Slamet berharap kaum difabel lebih diprioritaskan dalam pengucuran kredit lunak perbankan.

Yayasan Penyandang Cacat Mandiri memproduksi berbagai macam kerajinan tangan dari kayu, seperti alat peraga edukasi, hiasan kayu, meja dan kursi, serta produk-produk furnitur lainnya. Sebelum gempa bumi 2006, omzet yayasan ini mencapai Rp 70 juta per bulan. Namun, setelah gempa bumi, omzetnya justru merosot menjadi Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan.

"Setelah gempa bumi, usaha yang kami rintis kolaps. Gedung kami runtuh dan mesin produksi rusak. Kami baru bisa bangkit setelah tiga bulan gempa setelah  mendapat tawaran bantuan pembangunan bengkel kerja dari Belanda, peralatan dari Handicap International dari Perancis," ujar Slamet. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com