Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyaris Diperkosa di Arab, Pulang Dimadu

Kompas.com - 22/06/2011, 19:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sungguh merana kisah Putri Suprianingsih (27), wanita asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), ini. Ibu dua anak itu sudah sejak lama menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) dan merantau ke banyak negara di Timur Tengah.

Ia bahkan rela meninggalkan bangku sekolah sejak duduk di kelas 2 SMP, lalu bekerja di perusahaan konveksi. Namun, penghasilan di sana tidak seberapa, Putri pun tergiur dengan uang jutaan rupiah yang bisa dihasilkan dari TKI.

Meski masih berusia belasan tahun, Putri tidak gentar dan tetap nekat menjadi TKI dengan bantuan sponsor. Sebelumnya, Putri menikah dulu dengan Fuad dan menghasilkan anak bernama Wulan (6).

"Sponsor itu yang kenalin saya ke orang agen di Jakarta. Di tempat agen itu, usia saya enggak dimasalahin," aku Putri, Rabu (22/6/2011), saat dijumpai dalam penggerebekan PJTKI Ilegal di Jatiasih, Bekasi.

Selama dikarantina di agen penyalur di Jakarta, Putri mulai belajar bahasa Arab, memasak masakan Timur Tengah, hingga belajar urusan rumah tangga, seperti mencuci, menyapu, dan mengganti popok bayi.

Saat dinyatakan siap, Putri pun terbang merantau ke Riyadh, Arab Saudi. Selama empat tahun Putri bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sana. Di rumah majikannya itu, Putri harus sigap mendengarkan setiap perintah meski terkadang kendala bahasa membuatnya dimarahi habis-habisan.

Selain kendala bahasa, kendala budaya juga menjadi ganjalan. Di Arab Saudi, seorang wanita tidak diperkenankan keluar rumah seorang diri. Alhasil, Putri pun sama sekali tidak mendapat waktu libur dan selalu di rumah, keluar hanya jika diajak sang majikan.

Ia juga tidak bisa sama sekali berhubungan dengan keluarganya selama empat tahun itu. Suatu ketika, Putri mendapat pengalaman pahit. Di rumah majikannya itu ada lima orang yang menghuni, termasuk adik laki-laki majikannya.

Sialnya, adik laki-laki majikannya ini sering kali menggoda Putri. "Satu kali saya pernah lagi nyetrika, rumah kosong dan hanya ada adik majikan saya itu. Tiba-tiba dia memeluk saya dari belakang dan narik saya ke pangkuannya. Jujur, saya takut sekali," tutur Putri yang tampak berusaha tegar mengingat kembali.

Tidak terima diperlakukan tidak senonoh, Putri kemudian melepaskan diri dari tangan adik majikannya yang mulai menggerayangi tubuhnya. Putri memberontak hingga tangannya berdarah tergores meja.

"Saya takut sekali dan menangis terus-terusan dan memohon majikan saya itu berhenti karena saya di sini bekerja untuk suami dan anak saya. Akhirnya dia menjauh," ungkap Putri.

Akibat perlakuan ini, Putri meminta pulang ke majikannya. Oleh agen penyalur, Putri diminta untuk tetap bertahan hingga masa kontrak empat tahun usai.

Masa kontrak usai, Putri bergegas kembali ke kampung halamannya di Sumbawa dengan membawa uang Rp 75 juta hasil banting tulangnya selama empat tahun. "Uang itu untuk suami saya dan anak saya sekolah. Dan, dikasih juga ke keluarga," aku Putri.

Fuad, suami Putri, hanyalah seorang buruh dengan penghasilan sekitar Rp 1 juta per bulan. Penghasilan suaminya itu tidak cukup untuk membiayai kehidupan rumah tangga dan sekolah anaknya di pesantren. Alhasil, pendapatan Putri jadi tumpuan utama keluarga.

Namun, apa yang terjadi sekembalinya ke kampung sama sekali tidak pernah terlintas di benak Putri. "Saya baru tahu di kampung tahunya suami saya nikah lagi. Bahkan, dia sudah punya anak. Keluarga saya mengira saya sudah mati karena tidak pernah beri kabar," kata Putri.

"Alasan dia begitu karena salah saya katanya. Saya jauh dan enggak pernah kasih kabar, makanya nikah lagi. Sakit saya, sampai stres sebulan, padahal saya kerja buat dia juga," tambah Putri.

Meski sudah disakiti, Putri tidak menceraikan suaminya. Dalam waktu dekat, Putri juga akan terbang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk kembali menjadi TKI. Tidak takut peristiwa lalu terulang? "Mau bagaimana lagi, saya butuh uang untuk anak," ujar Putri lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com