Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KRL Tetap Tumpuan, tapi Butuh Percepatan

Kompas.com - 30/06/2011, 04:19 WIB

Perumahan yang tumbuh pesat di daerah penyangga Jakarta tidak selalu berbanding lurus dengan perkembangan transportasi umum. Padahal, sebagian besar penghuni rumah itu bekerja di Jakarta. Apabila tidak diantisipasi dengan baik, kemacetan di jalur penghubung antara Jakarta dan daerah penyangga semakin tidak terkendali. Sebagai contoh, dari Cilebut atau Bojonggede di Bogor ke Jakarta. Perjalanan dari tempat itu bertumpu hanya di kereta rel listrik yang mempunyai jalur langsung Jakarta- Bogor.

Apabila ingin naik bus, orang yang berangkat dari Cilebut atau Bojonggede harus pergi ke Depok atau Bogor dulu dengan angkutan kota. Dari sana, barulah ada bus tujuan Jakarta. Opsi itu lebih rumit ketimbang KRL. Selain itu, ongkos bus juga mahal dibandingkan kereta.

Angkutan kota dari Stasiun Bojonggede ke Stasiun Citayam saja memakan waktu 30 menit dengan tarif Rp 3.000. Perjalanan lama karena angkutan sering ngetem di sembarang tempat. Belum lagi perjalanan tersendat di sekitar pasar. Jalan yang dilewati juga tidak seluruhnya mulus dan lebar. Banyak jalan sempit yang berjejal ketika dilewati dua mobil.

Belum lagi bus dari Depok ke Jakarta yang bertarif Rp 4.000, dan tentunya membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan KRL. Apabila dibandingkan dengan kereta, jarak antara Stasiun Bojonggede dan Citayam ditempuh tidak sampai 5 menit. Ongkosnya juga tergolong murah, yakni Rp 1.500, dengan KRL ekonomi.

Untuk jarak dekat, KRL menjadi tidak ekonomis. Apalagi, bila menggunakan KRL commuter line tarifnya Rp 6.000-Rp 7.000 di koridor Jakarta-Bogor. Namun, bila mengejar kecepatan, kereta tetap lebih unggul.

Terus meningkat

Kepala Stasiun Bojonggede Dharmawan mengatakan, setiap hari rata-rata 12.000-13.000 penumpang dari Stasiun Bojonggede. Sebagian besar adalah penumpang tujuan Jakarta. Jalur Bogor merupakan jalur KRL terpadat di Jabodetabek. Tahun 2010, rata-rata penumpang di koridor Jakarta-Bogor mencapai 217.540 orang per hari. Total penumpang KRL dari segala jurusan mencapai 339.450 orang per hari. Tahun 2011 jumlah penumpang KRL Jakarta-Bogor diprediksi 219.365 orang per hari. Jumlah ini diperkirakan naik menjadi lebih dari 300.000 orang per hari pada tahun 2012.

Sementara jumlah perjalanan KRL relatif sama dari tahun ke tahun. Tidak heran jumlah penumpang yang naik ke atap kereta semakin membeludak dan menjadi pemandangan yang biasa di hari kerja.

Perjalanan dengan KRL memang sangat diandalkan. Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Bogor, Bintoro, akan mendorong koneksi antara terminal di Bojonggede yang baru dibangun dan Stasiun Bojonggede agar lalu lintas menuju Jakarta tidak dengan moda angkutan jalan raya, tetapi KRL.

”Kami juga meminta kapasitas stasiun ditingkatkan. Saat ini sedang kami siapkan agar studi kelayakan dan rencana teknis terperinci mengenai koneksi terminal angkutan dan stasiun bisa dilakukan pada APBD Perubahan tahun ini,” tuturnya.

Menurut dia, akan sangat sulit mendorong masyarakat di sekitar wilayah itu untuk menggunakan moda bus karena jalan raya sudah terlalu padat. Ia hanya bisa berharap PT KAI dan pemerintah pusat bisa meningkatkan kapasitas KRL.

Hal ini menjadi tantangan untuk segera membenahi KRL. Target 1,2 juta penumpang KRL seharusnya tidak diundur, tetapi segera direalisasikan tahun 2014. (NDY/GAL/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com